Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Demi Sumber Daya Mineral, China Incar Pertambangan di Seluruh Tibet

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 11 Desember 2021, 22:55 WIB
Demi Sumber Daya Mineral, China Incar Pertambangan di Seluruh Tibet
Dataran Tinggi Tibet telah disebut sebagai 'Kutub Ketiga' di dunia/Net
rmol news logo Tibet dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya mineral alam. Banyak orang yang menyebut Tibet sebagai 'Kutub Ketiga' dan 'Menara Air Asia', yang memasok air bersih ke negara-negara tepi sungai yang lebih rendah.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sayangnya, saat ini Tibet hampir kehilangan hal itu semua seiring dengan munculnya penambangan yang tidak terkendali.
Padahal, ada lebih dari 126 jenis sumber daya mineral di Tibet yang kualitasnya termasuk yang terbaik di dunia.

Zhang Hongtao, wakil direktur Biro Survei Geologi China, mengatakan, dataran tinggi Tibet memiliki cadangan 30 juta hingga 40 juta ton tembaga, 40 juta ton timah dan seng, dan miliaran ton besi.
Sayangnya, penambangan sembrono yang dilakukan pemerintah China, mengubah kekayaan sumber daya alam dataran tinggi menjadi kutukan bagi masyarakat Tibet dan ekosistemnya.

Tanah di Tibet banyak mengandung logam tanah jarang. Logam ini yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik yang saat ini memiliki tingkat permintaan yang sangat tinggi.

Ketika cadangan litium berlimpah di Tibet, sementara permintaan semakin meningkat, bisa dipastikan bahwa Tibet akan terancam dengan munculnya penambangan logam tanah jarang. Contohnya bisa diliat dari produksi litium karbonat di Danau Tso-Ngon (Qinghai) yang tahun ini meningkat dua kali lipat.
Dhondup Wangmo, asisten peneliti di Institut Kebijakan Tibet, dalam artikelnya baru-baru ini di Asia Times, mengatakan, sebelum invasi Tibet oleh Republik Rakyat China (RRC), penambangan jarang dilakukan di wilayah itu. Dalam lingkup budaya Tibet, pertambangan dan gangguan tanah sering dikatakan menghilangkan “nutrisi atau esensi bumi".

Di masa lalu, pertambangan telah menyebabkan relokasi sejumlah besar penggembala Tibet. Selama Revolusi Kebudayaan, orang-orang Tibet dikirim ke Jang Tsala Karpo, sebuah tambang boraks di daerah dataran tinggi Jangtang di Tibet utara (Nagchu). Beberapa penambangan kromium juga dilakukan dengan menggunakan tahanan Tibet, banyak dari mereka bekerja atau mati kelaparan. Singkatnya, setelah invasi, penambangan Cina berlanjut di seluruh Tibet.

Dengan semakin banyaknya penambangan, muncul kekhawatiran akan rusaknya lingkungan. Wangmo mengatakan, dampak penambangan yang berlebihan terhadap lingkungan Tibet bermacam-macam. Misalnya, pertambangan menyebabkan kerusakan serius pada morfologi permukaan dan struktur tanah dan juga menyebabkan penurunan aktivitas enzim tanah.

Operasi penambangan juga meningkatkan pelepasan arsenik , yang merupakan ancaman potensial terhadap kualitas air. Karena Tibet adalah sumber utama sungai-sungai besar Asia, penambangan berlebihan di seluruh wilayah dapat mempengaruhi kualitas air yang mengalir ke negara-negara riparian rendah.

"Penambangan sembrono ini" akhirnya memunculkan banyak protes yang terjadi sejak 2009 sampai 2014. Namun, meskipun lebih dari 20 protes terkait pertambangan skala besar dilaporkan,  pemerintah China terus melanjutkan operasi pertambangannya di seluruh Tibet. Pertambangan China telah menciptakan kerusakan permanen pada ekosistem tanah, air, dan udara.

Pemerintah China selalu mengklaim bahwa industri pertambangan dioperasikan untuk mengembangkan kondisi sosial ekonomi rakyat Tibet, tetapi sebaliknya, telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan protes di seluruh Tibet.

Saat ini, Pemerintah China bermaksud untuk “memperkuat pembangunan kapasitas cadangan batubara", di bawah Rencana Lima Tahun ke-14. Pemerintahh akan meningkatkan sistem manajemen dan kontrol darurat risiko energi, memperkuat jaminan pasokan listrik untuk kota-kota dan pengguna utama, dan memperkuat perlindungan keamanan fasilitas energi dan jaringan energi penting.

Tidak hanya itu, negara-partai juga berencana untuk “memperkuat perencanaan dan pengendalian sumber daya mineral strategis, meningkatkan kemampuan keamanan cadangan, dan menerapkan babak baru terobosan inisiatif strategis untuk pencarian prospek.

Bulan lalu, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mengungkapkan bahwa China akan meningkatkan eksplorasi sumber daya mineral strategis termasuk minyak bumi, gas alam, tembaga, kromium, tungsten, tanah jarang, dan lainnya selama 2021-2025.

Selanjutnya, menurut “Rencana Aksi untuk Puncak Karbon Dioksida Sebelum 2030” dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, negara-partai berencana untuk mengembangkan “transportasi multimoda dengan transportasi kereta api dan jalur air sebagai andalan.” rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA