Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyoroti peristiwa ini kemudian mengirim tim ke negara bagian Jonglei yang menjadi pusat penyebaran penyakit tersebut untuk mengumpulkan sampel dari orang-orang yang sakit.
"Kami memutuskan untuk mengirim tim respons cepat untuk pergi dan melakukan penilaian dan investigasi risiko," kata Sheila Baya dari WHO, seperti dikutip
9News.
Sebelum kemunculan penyakit misterius, Jonglei dilanda banjir yang mempersulit akses ke wilayah tersebut dan memicu peningkatan risiko malaria hingga kekurangan pangan yang fatal.
PBB mengatakan banjir di Sudan Selatan adalah yang terburuk dalam 60 tahun.
Data dari PBB menunjukkan, sekitar 835 ribu orang terkena dampak banjir, dengan 35 ribu orang mengungsi menurut PBB.
Beberapa lembaga bantuan prihatin dengan meningkatnya krisis kemanusiaan dan kekurangan gizi parah di Sudan Selatan. Jumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan gizi buruk meningkat dua kali lipat sejak awal banjir.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: