"Hari ini kita menghadapi kemunduran besar ke jalan revolusi yang mengancam keamanan, persatuan, dan stabilitas negara," kata Hamdok dalam pernyataan pada Sabtu (18/12) yang dikutip
The Star.
Seruan Hamdok muncul sehari sebelum aksi protes besar-besaran dilancarkan untuk menolak kudeta militer pada 25 Okober lalu, sekaligus menolak kesepakatan pada 21 November untuk mengembalikan Hamdok.
Pada Minggu (19/12), protes digelar untuk menandai tiga tahun pemberontakan rakyat untuk menggulingkan Omar Al Bashir.
Kudeta 25 Oktober sendiri mengakhiri kemitraan antara para pemimpin militer dan partai politik sipil setelah penggulingan Bashir. Sementara partai dan komite perlawanan lingkungan yang telah mengorganisir beberapa protes massa, telah menolak dialog dan kemitraan dengan militer.
Hamdok mengakui kegagalan upaya mediasi sebelumnya tetapi menyerukan kesepakatan politik baru.
"Sayangnya semua upaya ini telah tersandung karena desakan pada sikap dan pandangan yang berbeda dari kekuatan yang berbeda," katanya.
"Saya ingin pada kesempatan ini memperbarui undangan saya kepada semua kekuatan revolusioner dan semua orang yang percaya pada transisi demokrasi sipil untuk menyetujui perjanjian politik yang membahas defisit masa lalu dan mencapai sisa tujuan revolusi," tambahnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: