Juru bicara kepolisian nasional, Roderick Alba, dalam rilisnya mengungkapkan, bencara Topan Rai, badai tropis ke-15 paling mematikan yang melanda negara itu tahun ini, telah menghantam provinsi tengah dan selatan pada Sabtu (18/12). Menyebabkan 300.000 orang mengungsi dan banyak daerah mengalami pemadaman listrik.
"Sebanyak 52 orang belum ditemukan, upaya bantuan terus berlanjut," ujar Alba, seperti dikutip dari
Reuters. Ia menambahkan bahwa polisi telah dikerahkan untuk operasi bantuan dan untuk memastikan ketertiban di daerah yang dilanda bencana.
Wilayah Visayas tengah, yang meliputi provinsi Bohol, rumah bagi beberapa tujuan wisata paling populer di negara itu, menjadi wilayah yang mencatat jumlah kematian paling banyak, disusul oleh wilayah Cebu.
Gubernur Bohol Arthur Yap pada Minggu melaporkan 74 kematian di provinsinya, mengutip sebagian laporan yang katanya telah diverifikasi oleh departemen kesehatan dan pejabat pemerintah setempat.
Operasi bantuan telah dipercepat tetapi tetap terhambat oleh kerusakan yang disebabkan oleh komunikasi dan saluran listrik, yang belum dipulihkan di banyak daerah yang hancur.
Presiden Rodrigo Duterte telah berkomitmen untuk mengucurkan dana sekitar 2 miliar peso atau sekitar 40 juta dolar AS ke provinsi-provinsi yang dilanda topan untuk membantu upaya pemulihan.
Topan Rai, yang secara lokal bernama Odette, menyapu Filipina pada Sabtu sore dengan diawali angin kencang yang merusak di pulau liburan Siargao, menerbangkan atap rumah dan gedung.
“Odette sangat kuat. Hampir 95 persen rumah di Pulau Dinagat tidak memiliki atap,†kata Nilo Demerey, wakil gubernur provinsi Surigao del Norte.
Setiap tahunnya, Filipina diterjang oleh sekitar 20 badai tropis yang menyebabkan banjir dan tanah longsor. Namun, tahun ini menjadi yang terparah. Negara Asia Tenggara yang terdiri dari lebih dari 7.600 pulau ini juga rawan gempa.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: