Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kapal Migran Tenggelam Lagi, Menteri Yunani Mengecam Ulah Geng Penyeludup

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 25 Desember 2021, 14:38 WIB
Kapal Migran Tenggelam Lagi, Menteri Yunani Mengecam Ulah Geng Penyeludup
Kapal migran terbalik di Laut Algea Yunani/Net
rmol news logo Tragedi kapal terbalik kembali terjadi. Aparat mengatakan setidaknya 16 orang tewas ketika perahu yang membawa 80 imigran ilegal terbalik di Pulau Paros Yunani di Laut Aegea tengah pada Jumat (24/12).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kantor Berita Athena mengatakan dengan mengutip pernyataan aparat, bahwa mayat 12 pria, tiga wanita, dan seorang bayi, berhasil ditemukan di sekitar lokasi kejadian. Pencarian dan penyelamatan dilakukan semalaman di barat laut Paros dengan mengerahkan tim penyelamat udara dan laut.

Penjaga pantai mengatakan, kapal itu diyakini menuju Italia dari Turki. Eropa menjadi tujuan banyak para migran, salah satunya adalah Italia dan Jerman.

Menteri Perkapalan Yunani, Giannis Plakiotakis, merasa sangat prihatin. Ia mengatakan geng-geng penyelundup harus bertanggung jawab atas bencana tersebut.

"Geng tidak peduli dengan kehidupan manusia, menumpuk puluhan orang, tanpa jaket pelampung, di kapal yang tidak sesuai dengan standar keselamatan paling dasar," kata Plakiotakis dalam sebuah pernyataan tertulis, seperti dilaporkan Reuters.

Tragedi itu diketahui ketika pihak berwenang Yunani mengatakan mereka menemukan 11 mayat dari lokasi perahu yang tenggelam lainnya. Perahu itu membawa migran ilegal dan tenggelam di sebuah pulau tak berpenghuni di selatan Yunani pada Kamis.

90 orang lainnya berhasil diselamatkan dalam operasi itu. Penjaga pantai mengatakan informasi awal menunjukkan para migran itu juga menuju Italia.

Minggu ini, berturut-turut peristiwa kapal migran tenggelam di sekitar Laut Algea.

Yunani adalah salah satu rute utama ke Uni Eropa bagi para migran dan pengungsi dari Afrika, Timur Tengah, dan sekitarnya, meskipun arusnya telah berkurang sejak 2015-2016, ketika lebih dari satu juta orang melintasi negara itu ke negara-negara Uni Eropa lainnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA