Selama konferensi video berlangsung, Wei mengatakan kepada Kishi bahwa sudah seharusnya Jepang menghadapi dan belajar dari sejarah, dan bahwa China akan dengan tegas menjaga kedaulatan teritorial dan hak maritimnya di Laut China Timur dan Kepulauan Diaoyu.
"Jepang harus menghadapi sejarah dan mengambil pelajaran dari sejarah, dan ini adalah sikap yang tepat dan pilihan yang cerdas," kata Wei, seperti dikutip dari
Global Times.
Otoritas pertahanan China dan Jepang harus meningkatkan kerja sama untuk mengelola risiko dan mencegah terjadinya eskalasi perbedaan. Wei kemudian memaparkan prinsip dan posisi China pada situasi di kawasan Asia-Pasifik, polemik Taiwan, dan masalah Laut China Selatan.
Sementara Kishi mengatakan bahwa peningkatan pertukaran pertahanan dan kerja sama antara kedua negara penting untuk pengembangan hubungan bilateral dan menjaga stabilitas regional, karena Jepang bersedia membangun hubungan Jepang-China yang konstruktif dan stabil bersama dengan China.
Pertemuan kedua Menhan terjadi tak lama setelah Kyodo News melaporkan pada hari Senin bahwa Pasukan Bela Diri Jepang, Penjaga Pantai Jepang, dan polisi, mengadakan latihan dua hari pada 20 November di sebuah pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki. Dalam laporan itu juga menyertai fitur tanah yang menyerupai salah satu pulau yang membentuk Kepulauan Diaoyu di Laut China Timur.
Media tersebut melaporkan, latihan itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama di antara organisasi-organisasi termasuk Pasukan Bela Diri dan penjaga pantai untuk mempersiapkan situasi "zona abu-abu" yang menghentikan serangan militer penuh ke Jepang.
Mengutip pemerintah Jepang, laporan itu mengatakan latihan itu "tidak ditujukan untuk pulau atau negara tertentu."
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: