Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan setiap negara, baik besar maupun kecil, memiliki hak untuk memastikan keamanan mereka.
Akan tetapi satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah membuat garis pemisah di kawasan, seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya dengan membuat "klub eksklusif".
"Untuk bertahun-tahun, kita berusaha mempromosikan perairan yang inklusif, aman, dan tidak terbagi. Itu artinya Anda tidak bisa menjamin keamanan Anda dengan bergantung pada negara lain," ujarnya dalam wawancara bersama CEO RMOL Network, Teguh Santosa pada Jumat (24/12).
Kekhawatiran negara-negara di kawasan atas kehadiran AUKUS, lanjut Dubes Lyudmila, dapat terlihat dari reaksi Indonesia yang menunjukkan penolakan keras.
Melalui Kementerian Luar Negeri, pemerintah Indonesia secara khusus menyoroti kesepakatan AUKUS untuk memberikan akses Australia atas teknologi kapal selam nuklir dari Inggris dan AS.
"Itu (reaksi Indonesia) tidak mengejutkan, karena siapa yang ingin punya tetangga yang mempunyai kapal selam nuklir? Apakah kapal selam nuklir akan membuat kawasan lebih damai, stabil? Saya pikir tidak," jelas Dubes Lyudmila.
Di sisi lain, mantan dubes Rusia untuk Malaysia ini juga menyoroti fokus AUKUS dan Quad yang sebenarnya "anti-China" dan "anti-Rusia". Bukannya menciptakan kestabilan, AUKUS justru dapat memprovokasi perlombaan senjata.
"Apa yang ingin saya katakan adalah, kami pikir ini sangat berbahaya. Ini (AUKUS) tidak akan membawa perdamaian untuk kawasan atau negara," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: