Dalam sebuah pernyataan resmi, Gedung Putih mengatakan pihaknya tidak akan diam dan pasti membela diri atas apa yang dilakukan Iran kepada warganya.
“Jangan salah, AS akan melindungi dan membela warganya. Baik mereka yang saat ini masih terus melayani AS, maupun mereka yang sebelumnya pernah melayani," kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, seperti dikutip dari
Reuters, Senin (10/1).
"Sebagai orang Amerika, kami memiliki perbedaan pendapat tentang
politik. Kami memiliki perbedaan pendapat tentang kebijakan Iran. Tapi
kami bersatu dalam tekad kami melawan ancaman dan provokasi," lanjutnya.
Sullivan mengatakan, orang-orang Amerika akan bekerja dengan sekutu dan mitra untuk mencegah dan menanggapi setiap serangan yang dilakukan oleh Iran. Jika Iran menyerang salah satu warga negara AS, termasuk salah satu dari 52 orang yang disebutkan namanya kemarin, itu akan menghadapi konsekuensi yang berat.
Daftar yang terkena sanksi Iran terbaru di antaranya mantan dan pejabat aktif AS, baik diplomatik maupun militer, termasuk Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien, dan mantan duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley.
Sanksi rezim Iran kemungkinan besar bersifat simbolis karena mereka hanya mengizinkan pemerintah untuk menyita aset salah satu dari mereka yang terkena sanksi selama aset tersebut berada di Iran.
Pengumuman rezim Iran bertepatan dengan peringatan dua tahun pembunuhan AS terhadap jenderal top Iran Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds, cabang luar negeri IRGC, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Irak pada 3 Januari, 2020, bersama komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
Pengumuman sanksi juga datang pada saat yang sensitif karena ketegangan tinggi mengenai apakah pembicaraan Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan akan berhasil atau tidak.
AS telah lama mengatakan bahwa jika diplomasi gagal dengan Iran, ia bersedia untuk beralih ke "rencana B", tanpa merinci rinciannya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: