Teori tersebut disampaikan Duta Besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov. Menurutnya, negara itu telah dikuasai oleh “para radikal yang memanifestasikan ideologi yang tidak manusiawi.â€
“Ribuan jihadis dan perampok mencoba 'merusak' tatanan konstitusional. Mereka menggunakan senjata untuk melawan warga sipil,†katanya, Senin, seperti dikutip dari
RT, Selasa (11/1).
“Mereka terus menimbulkan kerusakan pada properti publik dan pribadi. Saya ingin mencatat bahwa semua ini terjadi setelah pelarian Amerika dari Afghanistan dan perkembangan pesat ide-ide ekstremis di kawasan itu," ujarnya.
Antonov juga menjuluki protes yang berujung pada kerusuhan massal di Kazakhstan sebagai "revolusi warna" yang dibantu oleh teroris, preman dan perampok.
“Praktek penjinakan bandit yang menyerang aparat penegak hukum, petugas medis, dan petugas pemadam kebakaran tidak dapat diterima," katanya.
"Bagaimana Anda bisa bernegosiasi dengan orang yang memenggal polisi?! Setiap pembicaraan dengan teroris hanya mendorong mereka untuk melakukan lebih banyak kejahatan,†lanjutnya.
Pernyataan Antonov merujuk pada klaim pejabat Kazakh yang telah menuduh beberapa personel penegak hukum dipenggal, tetapi tidak ada bukti yang muncul untuk mendukung pernyataan tersebut.
Militer Amerika mundur dari Afghanistan tahun lalu setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa pasukannya akan ditarik dari negara itu dengan kekuatan penuh pada peringatan 20 tahun serangan 9/11.
Setelah penarikan AS, sekutu NATO negara juga mulai meninggalkan negara itu.
Hal ini menyebabkan Taliban, sebuah kelompok teroris yang dilarang di Rusia, menduduki istana kepresidenan dan menyatakan bahwa mereka telah merebut kekuasaan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri ke luar negeri sejak itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: