Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Agresivitas China Tambah Motivasi Indonesia Modernisasi Alutsista

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 23 Januari 2022, 09:52 WIB
Agresivitas China Tambah Motivasi Indonesia Modernisasi Alutsista
Fregat FREMM/Net
rmol news logo Agresivitas China telah menambah urgensi Indonesia untuk mempercepat program modernisasi angkatan laut, memperkuat pertahanan menghadapi serangan di masa depan.

Saat ini, armada TNI AL sudah tua, dengan kemampuan terbatas. Dua fregat kelas Sigma buatan Indonesia dan lima fregat kelas Van Speijk era 1960-an hanya memiliki jangkauan 6.000-9.000 kilometer. Sementara dari 24 korvet yang dimiliki TNI AL, 14 di antaranya bekas Angkatan Laut Jerman Timur pada 1993 dan hampir pensiun.

Untuk mengganti armada-armada yang tua, Menteri Pertehanan Prabowo Subianto telah menyelesaikan kesepakatan untuk mendapatkan dua fregat British Arrowhead 40, yang akan dibangun di galangan kapal milik negara PT PAL Surabaya.

Prabowo juga meneken kontrak untuk enam fregat multi-peran FREMM Italia baru dan dua fregat kelas ringan Maestrale dari Angkatan Laut Italia.

Pembuat kapal Italia yang berbasis di Trieste, Fincantieri, mengumumkan akan membangun enam fregat FREMM untuk Indonesia senilai 4,5 miliar dolar AS. Kapal yang sama juga dipesan oleh AS, Prancis, Italia, Mesir, dan Maroko.

Selain itu, Prabowo pun dikatakan tengah mempertimbangkan untuk membeli dua hingga tiga skuadron jet tempur F-15 dan Dassault Rafale. Itu untuk menambah kekuatan garis depan yang terdiri dari tiga skuadron F-16 dan 16 Sukhoi Su-27 Rusia.

Mengutip dokumen Kementerian Pertahanan yang bocor, Asia Times memuat, Indonesia akan menggunakan pinjaman luar negeri untuk mendanai berbagai program modernisasi alutsista yang bernilai 125 miliar dolar AS selama 25 tahun ke depan.

Percepatan modernisasi alutsista yang dilakukan Indonesia tidak terlepas dari agresivitas China di Laut China Selatan.

Baru-baru ini, kapal survei dan dua kapal penjaga pantai China berada di dekat anjungan eksplorasi gas di wilayah teritorial Indonesia di Laut Natuna Utara.

Akhir tahun lalu, Kementerian Luar Negeri China juga dilaporkan menyatakan protes kepada Kementerian Luar Negeri RI lantaran melakukan pengeboran di Laut Natuna Utara, dan lahiran militer Garuda Shield dengan Amerika Serikat (AS).

China sendiri mengklaim sebagian besar dari perairan Laut China Selatan. Klaim tersebut tumpang tindih dengan klaim dari Vietnam, Filipina, Singapura, dan Malaysia.

Indonesia bukan bagian negara yang mengklaim Laut China Selatan, tetapi kegiatan China dalam beberapa tahun terakhir semakin intensif di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA