Baru-baru ini, TotalEnergies dari Prancis dan Chevron dari Amerika Serikat (AS) mengumumkan langkah untuk menarik diri dari Myanmar karena situasi di negara tersebut.
Human Rights Watch menyebut, keputusan tersebut membuat junta Myanmar kehilangan ratusan juta dolar AS. Lantaran industri gas Myanmar diperkirakan menghasilkan 1 miliar dolar AS per tahunnya.
Dikutip
AFP, TotalEnergies membayar sekitar 176 juta dolar AS kepada otoritas Myanmar pada tahun 2020 dalam bentuk pajak dan hak produksi.
"Pengumuman tersebut tentu signifikan. Tetapi ada lebih banyak tekanan yang dibutuhkan untuk mengalahkan junta untuk selamanya," kata peneliti di Human Rights Watch, Manny Maung.
Sementara itu, menteri di pemerintahan bayangan Myanmar (NUG), Naw Susanna Hla Hla Soe mengatakan, perusahaan lain harus mengikuti langkah tersebut untuk lebih menekan para junta.
"Penarikan TotalEnergies adalah suara tidak percaya yang besar terhadap rezim," kata penasihat senior International Crisis Group Myanmar, Richard Horsey.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: