Hal itu diungkap oleh Wakil Kepala Pasukan Pertahanan Ethiopia (EDF), Jenderal Abebaw Tadesse dalam sebuah wawancara pada Jumat malam (21/1), seperti dimuat
Reuters.
Tadesse menegaskan, Ethiopia tidak akan damai sampai TPLF dihilangkan. Untuk itu, militer berencana memasuki ibukota Tigray, Mekelle, untuk menjalankan operasi melawan TPLF.
"Tigray adalah bagian dari Ethiopia dan tidak ada kekuatan yang akan menghentikan kami untuk masuk. Kami akan masuk dan kami akan melenyapkan musuh. Seharusnya tidak ada kebingungan tentang ini,"
kata Tadesse.
"Masyarakat Ethiopia tidak boleh berpikir ini sudah berakhir, ini belum berakhir. Yang utama di sini adalah kita telah berhenti karena kita harus mempersiapkan diri. Musuh ini masih ada, dan harus benar-benar disingkirkan. Kita akan tidak bernegosiasi dengan mereka," tambahnya.
Secara terpisah, komandan angkatan udara Yilma Merdasa membantah menargetkan warga sipil dalam konflik tersebut, dengan mengatakan pasukannya memiliki teknologi untuk menghindari melakukannya.
"Klaim oleh TPLF bahwa angkatan udara kami menargetkan warga sipil adalah bohong," ucapnya.
Konflik Tigray terjadi selama lebih dari satu tahun, ketika pemerintahan Abiy Ahmed mulai memerangi TPLF, partai politik yang mengendalikan Tigray.
TPLF mengatakan Abiy ingin mengakhiri sistem pemerintah federal berbasis etnis di Ethiopia. Sedangkan Abiy mengatakan TPLF lapar untuk merebut kekuasaan nasional yang pernah dipegangnya.
Di sisi lain, konflik Tigray telah membuat jutaan orang mengungsi dan memicu kelaparan yang meluas. Dalam beberapa bulan terakhir ada beberapa upaya diplomatik dan politik untuk mengakhirinya, termasuk tekanan dari Amerika Serikat.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: