Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Ungkap Niat Terselubung Menlu Inggris Serang Putin dan Xi Jinping di Australia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 24 Januari 2022, 07:56 WIB
China Ungkap Niat Terselubung Menlu Inggris Serang Putin dan Xi Jinping di Australia
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss/Net
rmol news logo Pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss yang memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping bahwa London akan berdiri bersama Barat melawan kediktatoran kedua negara itu, memantik reaksi dari Beijing.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dalam tanggapannya, China memperingatkan agar Inggris tidak mengikuti pedoman Perang Dingin, karena itu tidak akan membawanya ke mana-mana.

"Dunia saat ini jauh berbeda dengan dunia 40 atau 50 tahun yang lalu. Perang Dingin sudah lama berlalu!" kata seorang juru bicara dari Kedutaan Besar China untuk Inggris dalam sebuah pernyataan di situsnya pada hari Minggu, seperti dikutip dari Global Times.

Selama kunjungannya ke Australia pada Jumat pekan lalu,  beberapa kali Truss menyebut China selama pidatonya di Lowy Institute, menuding Pemerintahan Xi melakukan pemaksaan ekonomi terhadap negara lain seperti Lithuania dan bekerja lebih erat dengan Rusia.

"Tuduhan terhadap China dalam pidatonya adalah salah, dan menimbulkan pertanyaan tentang niat mereka yang sebenarnya. Mereka penuh dengan disinformasi tentang China serta situasi internasional saat ini," kata juru bicara kedutaan China.  
Para pengamat Negeri Tirai Bambu berpendapat, Inggris saat ini sedang mengikuti strategi AS untuk bergulat dengan China di berbagai bidang.

Langkah Inggris, kata mereka, tidak hanya menunjukkan upaya pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson untuk mengalihkan fokus dari urusan dalam negeri dengan menimbulkan masalah secara eksternal, tetapi juga mencerminkan ambisi Truss sendiri.

Mereka berpendapat Truss sengaja menggunakan sikap anti-China untuk memperkuat kehadiran politiknya sebagai kandidat potensial untuk menggantikan Johnson jika dia mundur atau digulingkan.

"Inggris mungkin melakukan ini untuk menunjukkan nilainya kepada AS. Selain itu, Johnson berada dalam posisi yang sangat goyah karena ada suara di dalam dan di luar partainya yang menyerukan pengunduran dirinya, jadi Johnson sangat ingin menunjukkan bahwa dia membuat perbedaan dalam diplomasi Inggris," kata Zhou Fangyin, profesor Institut Penelitian Guangdong untuk Strategi Internasional.

"Koordinasi AS, Inggris, dan Australia diperkuat karena aliansi AUKUS," kata Zhou. Pakar tersebut menunjukkan salah satu metode utama AS adalah melibatkan sekutunya untuk membentuk aliansi anti-China melalui dialog "2 + 2".

Sementara Cui Hongjian, direktur Departemen Studi Eropa di Institut Studi Internasional China, mengatakan bahwa sementara Pemerintahan Johnson menghadapi tekanan, Australia juga memiliki pemilihan federal pada tahun 2022, sehingga kedua negara memiliki kebutuhan yang sama untuk mengalihkan konflik ke luar.

"Truss kemungkinan akan menggantikan Johnson jika Johnson mundur, dan pernyataan Truss yang anti-China juga membangkitkan resonansi dalam membangkitkan sentimen anti-China di Australia," ujarnya.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA