Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tutup Kisah Tiga Dekade "Skandal Berlian Biru", Thailand-Arab Saudi Sepakat Pulihkan Hubungan Diplomatik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 27 Januari 2022, 08:57 WIB
Tutup Kisah Tiga Dekade "Skandal Berlian Biru", Thailand-Arab Saudi Sepakat Pulihkan Hubungan Diplomatik
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman menjamu Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, yang sedang berkunjung ke Arab Saudi/Net
rmol news logo Tiga puluh tahun sejak peristiwa "Blue Diamond Affair", Thailand dan Arab Saudi akhirnya sepakat untuk memulihkan sepenuhnya hubungan diplomatik, membuka babak baru dalam hubungan mereka dan menciptakan peluang kerja sama bilateral dan pembangunan antara kedua kerajaan.

Sekembalinya dari kunjungan resmi satu hari ke Riyadh, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha memuji kunjungan itu sebagai keberhasilan luar biasa, menandai berakhirnya tiga dekade hubungan yang tegang dan awal kerja sama untuk saling menguntungkan.

"Kedua negara telah sepakat untuk memulihkan sepenuhnya hubungan diplomatik termasuk penunjukan duta besar dan akan mempertimbangkan untuk menyiapkan mekanisme untuk memperkuat kerja sama bilateral," katanya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Kamis (27/1).

Arab Saudi menurunkan hubungan diplomatik dengan Thailand dan mengadopsi sejumlah tindakan setelah pembunuhan diplomat Saudi dan hilangnya seorang pengusaha Saudi di Bangkok menyusul pencurian permata negara Saudi pada tahun 1989, yang kemudian dikenal dengan istilah "Blue Diamond Affair".

Ini termasuk mengganti kepala misi diplomatiknya dengan kuasa usaha, melarang warga negara Arab Saudi bepergian ke Thailand, dan menghentikan pekerja Thailand untuk dipekerjakan di negara Timur Tengah.

Sejumlah upaya telah dilakukan kedua negara untuk memperbaiki hubungan mereka selama bertahun-tahun.

Kunjungan Jenderal Prayut atas undangan Yang Mulia Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdulaziz, putra mahkota, minggu ini telah digembar-gemborkan sebagai terobosan bersejarah.

"Saya kewalahan dengan peluang besar yang kemungkinan diperoleh kedua negara dari normalisasi hubungan," kata Prayut di halaman Facebook-nya.

Dia mengatakan Thailand dan Arab Saudi dapat mengharapkan keuntungan di sembilan bidang utama, yaitu: pariwisata, energi, tenaga kerja, makanan, kesehatan, keamanan, pendidikan dan agama, perdagangan dan investasi, dan olahraga.

"Pariwisata akan mempromosikan lebih banyak kontak antara kedua negara dan diharapkan menghasilkan setidaknya 5 miliar baht pendapatan untuk Thailand," katanya.

Di bidang energi, kedua negara diharapkan untuk melakukan penelitian dan investasi bersama di bidang energi konvensional, bersih dan terbarukan sejalan dengan tujuan strategis.

Model ekonomi bio-sirkular dan hijau (BCG) Thailand juga sesuai dengan Inisiatif Hijau Saudi dan Inisiatif Hijau Timur Tengah, kata Jenderal Prayut.

"Pemulihan penuh hubungan diplomatik juga akan menciptakan peluang kerja bagi pekerja terampil dan semi-terampil di negara itu saat Arab Saudi melanjutkan skema infrastruktur," tambahnya.

Pada tahun 1987, Thailand mengirim sekitar 300.000 pekerja ke Arab Saudi yang menghasilkan lebih dari 9 miliar baht untuk negara tersebut.

Prauyut mengatakan, pengaturan kerja sama tenaga kerja tersebut akan dibawa kembali dengan pekerja Thailand yang diharapkan dapat berkontribusi pada Visi Saudi 2030, sebuah kerangka strategis untuk pembangunan ekonomi dan sosial.

Di bidang keamanan, Arab Saudi, anggota inti dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dapat mempromosikan upaya pemerintah Thailand untuk memulihkan perdamaian di Selatan.

Kedua negara juga dapat mengintensifkan kerja sama bilateral di bidang pendidikan agama dan pertukaran ilmu di bidang lain.

Prayut mengatakan pemulihan hubungan diplomatik juga akan membuka pintu bagi perdagangan dan investasi.

Sementara investor dan UKM Thailand dapat mengejar peluang bisnis dan kemitraan di Timur Tengah, Arab Saudi dapat berupaya untuk berinvestasi dalam skema ekonomi khusus Thailand seperti Koridor Ekonomi Timur (EEC) melalui Saudi Wealth Fund-nya.

Menteri Tenaga Kerja Suchart Chomklin, bagian dari delegasi Prayut, mengatakan Arab Saudi menyambut baik kerjasama tenaga kerja karena negara itu sedang membutuhkan 8 juta pekerja terampil di bidang jasa, perhotelan, perawatan kesehatan dan proyek konstruksi.

Suchart mengatakan dia meminta kantor tenaga kerja Thailand di Riyadh untuk berkoordinasi dengan otoritas Saudi mengenai bentuk kerja sama tenaga kerja.

Hingga Desember, ada 1.345 warga Thailand yang bekerja di Arab Saudi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA