Di tengah rasa frustasi karena tidak bisa pulang ke Selandia Baru lantaran pembatasan Covid-19, Bellis mendapatkan secercah harapan dengan bantuan dari Taliban.
Kisahnya itu Bellis terbitkan lewat sebuah kolom di
The New Zealand Herald pada Sabtu (29/1).
Bellis adalah seorang jurnalis
Al Jazeera di Afghanistan. Ia mengatakan tidak menyadari kehamilannya sampai ia tiba di kantor perusahaan media tersebut di Doha, Qatar.
Berdasarkan aturan, ilegal bagi seorang perempuan yang tidak menikah hamil di Qatar. Alhasil, Bellis merahasiakan kehamilannya dan berusaha kembali pulang.
Tetapi Bellis diberi tahu bahwa ia tidak memenuhi syarat untuk bisa masuk ke Afghanistan.
Di tengah keterbatasannya, ia menelepon seorang senior Taliban dan diberitahu bahwa ia bisa melahirkan di Afghanistan.
"Kami senang untuk Anda. Anda bisa datang dan Anda tidak akan mendapatkan masalah," kata Bellis, mengutip perkataan Taliban.
"Mereka juga mengatakan 'Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja'," lanjut Bellis.
Bellis mengatakan, sangat ironis bahwa ia pernah menanyai Taliban tentang perlakuan mereka terhadap wanita, dan dia sekarang mengajukan pertanyaan yang sama kepada pemerintahnya sendiri.
"Ini terasa seperti pelanggaran kepercayaan. Ketika Taliban menawarkan Anda, seorang wanita hamil yang belum menikah, tempat yang aman, Anda tahu situasi Anda kacau," ujarnya.
Setelah kisahnya diterbitkan, Bellis mengaku telah dihubungi oleh pejabat Selandia Baru dan mengatakan permohonannya untuk pulang sedang ditinjau kembali.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: