Mengawali tahun 2022, Mahmoud telah kehilangan rumahnya di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
"Kejadiannya subuh. Ada sekitar 70 polisi Israel. Mereka menyerbu rumah saya, menangkap keluarga saya, dan kemudian menghancurkan rumah kami," kata Mahmoud, seperti dikutip
Sputnik.
Polisi juga memblokir semua pintu masuk dan keluar ke lingkungan sebelum pembongkaran rumah. Sementara listrik dipadamkan.
Mahmoud terus menekankan bahwa perbuatan tersebut ilegal.
"Ini adalah bagian tak terpisahkan dari kebijakan Israel terhadap orang Arab dan Palestina. Mereka ingin mendorong kita keluar dari sini, dan mereka juga ingin merebut tanah kita dan membangun lebih banyak pemukiman di sini," lanjutnya.
Menurut posisi pemerintah kota Yerusalem, rumah Mahmoud seharusnya dievakuasi pada tahun 2017 dan tanah itu dimaksudkan untuk diubah menjadi area sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Itu juga seharusnya menampung enam taman kanak-kanak.
Namun, konfliknya jauh lebih dalam, sejak berdirinya Israel pada tahun 1948.
Sebelum Israel didirikan, orang-orang Yahudi yang tinggal di Sheikh Jarrah menguasai beberapa tanah lingkungan tetapi tak lama setelah Perang Kemerdekaan 1948, Yordania dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan sebidang tanah itu untuk mendirikan rumah bagi 28 keluarga Arab.
Keluarga-keluarga itu telah tinggal di tanah itu sejak itu, tetapi setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel merebut Yerusalem dan membangun kendali atas kota itu, hukum Israel mengizinkan negara untuk mengklaim wilayah-wilayah itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: