Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meski Diprotes Korsel, Jepang Tetap Rekomendasikan Tambang Sado untuk Jadi Warisan UNESCO

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Rabu, 02 Februari 2022, 01:39 WIB
Meski Diprotes Korsel, Jepang Tetap Rekomendasikan Tambang Sado untuk Jadi Warisan UNESCO
Tambang emas dan perak di Pulau Sado di Prefektur Niigata, Jepang/Yonhap
rmol news logo Pemerintah Jepang merekomendasikan sebuah tambang emas dan perak di Pulau Sado di Prefektur Niigata untuk masuk ke daftar Warisan Dunia UNESCO 2023 dari pada Selasa (1/2), mekipun ada protes keras dari Korea Selatan.

Rekomendasi ini telah diberi lampu hijau oleh Kabinet Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Namun mendapat penolakan dari Korea Selatan.

Negeri ginseng telah menyatakan keberatan dan memanggil duta besar Jepang untuk Seoul Koichi Aiboshi, untuk mengajukan protes.

Korea Selatan pun baru-baru ini meluncurkan satuan tugas yang melibatkan pejabat dan ahli untuk menanggapi langkah Tokyo. Korea Selatan menggambarkan langkah Jepang ini sebagai upaya untuk menyebabkan konflik dengan negara-negara anggota dan mempolitisasi UNESCO.

Mengapa rekomendasi Jepang untuk tambang Sado dijadikan warisan UNESCO menjadi kontroversial?

Pasalnya, lebih dari seribu orang Korea Selatan dipaksa bekerja paksa di tambang di Pulau Sado di Prefektur Niigata.

Langkah ini diperkirakan akan memperdalam keretakan diplomatik antara Seoul dan Tokyo karena sejarah bersama.

Dikabarkan Yohap, banyak orang Korea Selatan percaya bahwa Jepang belum meminta maaf dengan tulus atas kekejamannya selama penjajahan 1910-1945 di Korea dan menawarkan kompensasi yang layak bagi para korban.

Tambang Sado sendiri awalnya beroperasi sebagai tambang emas pada abad ke-17, tetapi berubah menjadi fasilitas untuk memproduksi bahan yang berhubungan dengan perang, seperti tembaga, besi dan seng, selama Perang Dunia II.

Tambang tersebut baru benar-benar ditutup pada tahun 1989. Menurut dokumen sejarah, sebanyak 2.000 orang Korea dipaksa bekerja paksa di tambang tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA