Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jurnalis Selandia Baru yang Hamil di Afghanistan Diperbolehkan Pulang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 03 Februari 2022, 06:53 WIB
Jurnalis Selandia Baru yang Hamil di Afghanistan Diperbolehkan Pulang
Charlotte Bellis, berfoto bersama pasangannya Jim Huylebroek/Net
rmol news logo Perjuangan Charlotte Bellis, jurnalis Selandia Baru yang sedang hamil dan terdampar di Afghanistan oleh kebijakan perbatasan Covid-19 negara asalnya akhirnya membuahkan hasil.

Bellis mengatakan kepada media baru-baru ini, bahwa dia akan kembali ke tanah airnya setelah pemerintahnya akhirnya menawarkan jalan kembali kepadanya.

Tawaran tersebut datang pemerintah setelah para pejabat Selandia Baru sebelumnya bersikeras bahwa Bellis perlu mengajukan permohonan kembali untuk mendapatkan tempat di hotel karantina di negara itu.

Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Grant Robertson mengatakan Bellis telah ditawari voucher untuk sebuah kamar.

"Saya akan kembali ke negara asal saya Selandia Baru pada awal Maret untuk melahirkan bayi perempuan kami," kata Bellis dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AP, Rabu (2/2)

"Kami sangat bersemangat untuk kembali ke rumah dan dikelilingi oleh keluarga dan teman di waktu yang spesial," lanjutnya.

Kasus Bellis dengan cepat menjadi hal yang memalukan bagi Selandia Baru, yang memiliki ribuan warga yang menunggu di luar negeri untuk membuka ruang di hotel karantina perbatasan yang dikelola militer.

Bellis mengatakan dia ingin berterima kasih kepada sesama warga Selandia Baru atas dukungan mereka dan akan terus menantang pemerintah untuk menemukan solusi atas kontrol perbatasannya. Dia menambahkan bahwa dirinya kecewa keputusan itu hanya berlaku sekali dan tidak menawarkan jalan pulang bagi warga Selandia Baru yang hamil lainnya.

Bellis yang saat ini usia kehamilannya berusia 25 minggu mengatakan pada hari Minggu bahwa setiap hari adalah perjuangan baginya.

Chris Bunny, kepala sistem karantina Selandia Baru, mengatakan tawaran baru itu diberikan kepada Bellis karena mereka menganggap Afghanistan sangat berbahaya dan ada risiko terorisme. Dia mengatakan ada kemampuan terbatas untuk membantu orang-orang di lapangan, terutama setelah penarikan pasukan AS tahun lalu.

"Kami mengakui bahwa Bellis menganggap dirinya aman dan tidak mencari alokasi atas dasar itu," kata Bunny.

"Kami memiliki keleluasaan untuk memberikan alokasi dalam keadaan langka dan luar biasa," katanya.

Bunny mengatakan publisitas seputar kasus itu bukanlah faktor penentu dan satu-satunya pertimbangan adalah keselamatan Bellis.

Bellis (35) pernah bekerja sebagai koresponden Afghanistan untuk Al Jazeera, jaringan berita yang berbasis di Qatar. Dia mengundurkan diri pada November karena hamil, dan tidak menikah di Qatar adalah sesuatu yang ilegal.

Bellis kemudian terbang ke Belgia, mencoba mendapatkan tempat tinggal di negara asal pasangannya, fotografer lepas Jim Huylebroek, yang telah tinggal di Afghanistan selama dua tahun. Tetapi Bellis mengatakan lamanya proses akan membuatnya berada di Belgia dengan visa yang kedaluwarsa.

Melompat dari satu negara ke negara lain dengan visa turis sementara dia menunggu untuk melahirkan bayinya akan membutuhkan biaya dan meninggalkannya tanpa perawatan kesehatan, jadi dia dan Huylebroek kembali ke Afghanistan karena mereka memiliki visa, merasa diterima dan dari sana dapat berjuang untuk kembali ke rumahnya.

Pejabat Selandia Baru mengatakan mereka akan menambahkan Huylebroek ke voucher Bellis jika dia mengambil penerbangan yang sama dengannya.

Menteri Covid-19 Selandia Baru, Chris Hipkins mengatakan minggu ini bahwa sementara para pejabat perlu membuat beberapa pilihan sulit, sistem karantina telah bekerja dengan baik secara keseluruhan dengan menyelamatkan nyawa dan mencegah sistem kesehatan menjadi kebanjiran.

Taliban mendapat kecaman internasional karena aturan represif yang mereka terapkan pada perempuan sejak berkuasa pada pertengahan Agustus, termasuk menolak pendidikan anak perempuan di atas kelas enam.

Namun, mereka mengatakan bahwa semua anak perempuan dan perempuan akan diizinkan bersekolah setelah Tahun Baru Afghanistan pada akhir Maret.

Sementara perempuan telah kembali bekerja di kementerian kesehatan dan pendidikan, ribuan pegawai negeri sipil berjenis kelamin perempuan belum diizinkan untuk kembali ke pekerjaan mereka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA