Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sama-sama Digarap China, Kenapa Kereta Api Laos Sudah Rampung dan Jakarta-Bandung Belum?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 06 Februari 2022, 08:18 WIB
Sama-sama Digarap China, Kenapa Kereta Api Laos Sudah Rampung dan Jakarta-Bandung Belum?
Ilustrasi/Net
rmol news logo Akhir tahun lalu, 3 Desember 2021, Laos secara resmi telah membuka operasi kereta api cepat Vientiane-Boten. Pada saat yang sama, proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung justru mandek.

Sama seperti proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, kereta api cepat Vientiane-Boten juga digarap oleh China. Keduanya sama-sama memulai proyek pada 2016. Indonesia pada 21 Januari 2016, dan Laos pada 25 Desember 2016.

Panjang rel kereta Vientiane-Boten sepanjang 414 kilometer, sedangkan Jakarta-Bandung tiga kali lebih pendek, yaitu 142 kilometer.

Dikutip dari situs ASEAN Briefing, proyek kereta api cepat Vientiane-Boten senilai 6 miliar dolar AS (Rp 86 triliun) atau sepertiga dari PDB Laos. Proyek ini didukung oleh China sebagai bagian dari Belt and Road Initiatives (BRI).

Jalur kereta Vientiane-Boten sendiri menjadi bagian dari proyek jalur kereta Pan-Asia yang akan menghubungkan China ke Asia Tenggara, hingga Singapura.

Di sisi lain, proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang belum rampung hingga saat ini sudah memakan banyak biaya. Pada 2015, Indonesia tergiur bekerja sama dengan China lantaran biaya proyek hanya ditaksir menghabiskan dana 5,13 miliar dolar AS (Rp 75,9 triliun, kurs Rp 14.800). Anggaran itu jauh lebih murah dari penawaran Jepang seharga 6,2 miliar dolar AS (Rp 91,8 triliun).

Meski pada saat diteken, kesepakatan dengan China itu sudah naik menjadi 6,07 miliar dolar AS (Rp 89,9 triliun). Kesepakatan itu juga membentuk PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) sebagai pemegang proyek.

KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia melalui PT Pilar Sinergi BUMN (PSBI) dan konsorsium perusahaan kereta api China melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd, dengan skema Indonesia business-to-business (B2B) di sektor transportasi umum. Target awalnya mereka akan merampungkan proyek ini di tahun 2019.

Kini target molor menjadi Agustus 2023. Namun pembengkakan biaya (cost overrun) telah terjadi. Alasan biaya naik diklaim karena pembebasan lahan yang ikut naik.

Di tahun 2021, membengkak dari 6,07 miliar dolar AS menjadi 8 miliar dolar AS (Rp 118,5 triliun). Angka didapat saat Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya melapor ke DPR RI. Sementara Pembengkakan berdasarkan perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada 9 Maret 2022 adalah sebesar 1,17 miliar dolar AS atau setara Rp 17,3 triliun. Namun saat itu belum ada keputusan resmi tentang berapa jumlah cost overrun.

Hingga pada akhirnya Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa Indonesia dan China sudah menyepakati cost overrun proyek KCJB sebesar 1,2 miliar dolar AS atau setara Rp 17,7 triliun. Total anggaran pembangunan kini menjadi 7,27 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 107,6 triliun, atau lebih mahal Rp 15,8 triliun dibanding proposal awal yang ditawarkan Jepang.

Nantinya kereta cepat ini bisa memangkas waktu perjalanan antara Jakarta-Bandung menjadi hanya 46 menit, dengan kecepatan 350 km per jam. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA