Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rp 50 T Asetnya Dipakai Kompensasi Korban 9/11, Warga Afghanistan: Biden Pencuri!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 13 Februari 2022, 08:44 WIB
Rp 50 T Asetnya Dipakai Kompensasi Korban 9/11, Warga Afghanistan: Biden Pencuri<i>!</i>
Aksi protes warga Afghanistan/Net
rmol news logo Bukan hanya Taliban, warga Afghanistan juga turut dibuat geram dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menggunakan aset Afghanistan untuk kompensasi korban 9/11.

Warga Afghanistan berkumpul di sekitar Masjid Agung Eid Gah, Kabul pada Sabtu (12/2) untuk mengutuk keputusan Biden pada Jumat (11/2).

Berdasarkan perintah eksekutifnya, Biden memerintahkan agar 3,5 miliar dolar AS (setara dengan Rp 50 triliun) dari sekitar 9 miliar dolar AS aset Afghanistan yang dibekukan agar dicairkan untuk tambahan kompensasi keluarga korban 9/11.

Keputusan tersebut dikritik hebat lantaran situasi Afghanistan yang berada di tengah krisis. Warga Afghanistan juga menegaskan bahwa aset yang dibekukan merupakan milik rakyat, bukan Taliban yang dianggap sebagai bagian dari komplotan penyerang 9/11.

Lebih lanjut, warga Afghanistan juga mendesak AS untuk memberikan kompensasi finansial kepada puluhan ribu orang Afghanistan yang meninggal selama perang 20 tahun yang dilancarkan Washington.

"Bagaimana dengan rakyat Afghanistan yang telah memberikan banyak pengorbanan dan ribuan korban jiwa?" tanya penyelenggara demonstrasi, Abdul Rahman, seorang aktivis masyarakat sipil, seperti dikutip CBS News.

Rahman mengatakan dia berencana untuk mengorganisir lebih banyak demonstrasi di seluruh ibukota untuk memprotes perintah Biden.

"Uang ini milik rakyat Afghanistan, bukan Amerika Serikat. Ini hak rakyat Afghanistan," tegasnya.

Di antara para demonstran juga terdapat plakat-plakat dalam bahasa Inggris yang berisi slogan-slogan AS telah mencuri uang milik rakyat Afghanistan.

Bank Sentral Afghanistan meminta Biden untuk membatalkan perintahnya dan segera mencairkan dana tersebut mengingat aset dimiliki rakyat Afghanistan dan bukan pemerintah, partai atau kelompok.

Penasihat keuangan untuk mantan pemerintah Afghanistan yang didukung AS, Torek Farhadi, juga mengkritik keputusan Biden.

"Cadangan ini milik rakyat Afghanistan, bukan Taliban. Keputusan Biden sepihak dan tidak sesuai dengan hukum internasional. Tidak ada negara lain di Bumi yang membuat keputusan penyitaan seperti itu tentang cadangan negara lain," ujarnya.

Jurubicara kantor politik Taliban di Qatar juga telah mengecam keputusan tersebut, dengan menyebutnya sebagai pencurian tidak bermoral.

Di Twitter, tagar #USA_stole_money_from_Afghan, #AfghansDidn'tCommit911, hingga #BidenStealingAfgMoney menjadi tren di antara warganet Afghanistan.

Afghanistan memiliki aset sekitar 9 miliar dolar AS di luar negeri, termasuk 7 miliar dolar AS di Amerika Serikat. Sisanya sebagian besar di Jerman, Uni Emirat Arab dan Swiss. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA