Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ingin Kembali Bangkit, Pengusaha Pariwisata Thailand Minta Pemerintah Ganti Status Pandemi Jadi Endemik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 18 Februari 2022, 11:53 WIB
Ingin Kembali Bangkit, Pengusaha Pariwisata Thailand Minta Pemerintah Ganti Status Pandemi Jadi Endemik
Ilustrasi/Net
rmol news logo Bisnis pariwisata merupakan salah satu andalah bagi Thailand, dan  menjadi sektor yang terpukul selama pandemi Covid-19.

Untuk itu, para pengusaha pariwisata di Selatan dan Timur serta Asosiasi Perhotelan Thailand menyerukan kepada pemerintah untuk segera membuka kembali negara itu sepenuhnya bagi wisatawan internasional dengan mencabut semua pembatasan Covid-19 yang tersisa mulai bulan depan.

Dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan pejabat lainnya tertanggal Rabu (16/2), kelompok tersebut mengatakan pemerintah harus menyatakan Covid-19 sebagai endemik dan mencabut semua pembatasan, termasuk Thailand Pass dan persyaratan pengujian virus corona pasca-kedatangan untuk pelancong internasional.

"Beberapa negara, termasuk Swedia, Denmark, Norwegia dan Inggris, telah menyatakan penyebaran Covid-19 sebagai endemik dan membatalkan hampir semua pembatasan virus corona mereka," kata surat itu, seperti dikutip dari Bangkok Post, Jumat (18/2)

"Thailand perlu lebih melonggarkan pembatasan Covid-19 bagi wisatawan sekarang, atau mungkin kehilangan kemampuan untuk bersaing dengan negara lain," kata kelompok tersebut dalam suratnya, merujuk pada pesaing utama di pasar pariwisata global seperti Vietnam dan Jepang.

"Di wilayah ini, Filipina, misalnya, pada 10 Februari membatalkan tes Covid-19 pasca-kedatangan yang sebelumnya dikenakan pada pengunjung internasional," katanya.

"Selain itu, April akan menjadi bulan penting bagi industri pariwisata Thailand karena turis Barat biasanya suka bepergian ke kerajaan selama liburan Paskah, sementara Songkran biasanya menarik banyak pengunjung asing," lanjut pernyataan itu.

Surat tersebut juga meminta pemerintah membatalkan kebijakannya untuk melakukan tes RT-PCR Covid-19 berulang pada turis asing selama hari pertama dan kelima mereka tinggal di Thailand.

Sebelumnya pada 1 Februari, Pusat Administrasi Situasi Covid-19 (CCSA) mulai melonggarkan pembatasan Covid-19 negara itu bagi pengunjung yang datang di bawah skema Test & Go dengan mencabut masa karantina wajib dan beralih ke tes.

Namun, untuk memasuki Thailand di bawah skema ini, wisatawan harus memesan kamar hotel untuk pengujian hari kelima sebelum perjalanan mereka.

Menurut asosiasi pariwisata, jumlah infeksi Covid-19 yang ditemukan selama tes RT-PCR kedua lebih rendah jika dibandingkan dengan infeksi yang ditemukan di antara penduduk setempat.

Mengutip angka yang dikumpulkan di Phuket dari 1 Februari hingga Minggu, asosiasi ini mengatakan tingkat infeksi di antara tes pasca kedatangan adalah 2,17 persen, sedangkan tingkat infeksi yang ditemukan pada tes kedua pada hari kelima adalah 3,56 persen.

"Tetap saja, turis yang terinfeksi ini tampaknya tidak membebani sistem perawatan kesehatan negara karena tingkat infeksi mereka sangat dekat dengan flu biasa," kata mereka dalam surat itu, mengatakan semua turis asing yang dites positif Covid-19 menunjukkan gejala ringan atau tidak sama sekali.

"Karantina untuk turis yang terinfeksi juga harus dipersingkat dari 10 menjadi hanya lima hari, sementara mereka yang diidentifikasi berisiko tinggi tertular penyakit harus dibebaskan jika dinyatakan bersih dari infeksi pada tes pertam ," kata kelompok tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA