Sebagian besar sekolah menengah dan semua universitas ditutup untuk anak perempuan setelah pengambilalihan Taliban pada 15 Agustus. Hal itu memicu kekhawatiran perempuan akan dilarang mengenyam pendidikan, seperti yang terjadi selama pemerintahan pertama Taliban dari 1996 hingga 2001.
Tetapi Taliban bersikeras mereka akan mengizinkan anak perempuan dan perempuan belajar, tetapi hanya jika kelas terpisah dan sesuai dengan kurikulum Islam.
Selain itu menurut
TOLO News, kelas untuk siswa laki-laki dan perempuan akan dilakukan pada waktu yang berbeda.
“Saya senang universitas dibuka kembali. Kami ingin melanjutkan studi kami,†kata seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris bernama Basira.
Tapi dia mengatakan ada kekurangan dosen karena banyak di antara mereka telah meninggalkan Afghanistan.
Menurut Kementerian Pendidikan Tinggi, setidaknya 19 universitas dan lembaga pendidikan dibuka kembali pada Sabtu (26/2). Namun hanya sedikit mahasiswa yang hadir.
Kendati sekolah dan universitas telah dibuka, Basira mengaku menghadapi beberapa kesulitan, seperti penjaga Taliban yang melarang mahasiswa membawa ponsel ke kelas.
"Mereka tidak berperilaku baik, mereka kasar," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: