Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dituding Promosikan Budaya Barat, Guru Sastra Ditahan Selama 10 Tahun di Penjara Xinjiang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 09 Maret 2022, 08:03 WIB
Dituding Promosikan Budaya Barat, Guru Sastra Ditahan Selama 10 Tahun di Penjara Xinjiang
Ilustrasi/Net
rmol news logo Kisah pilu dialami Nurmemet Omer Uchqun. Ia harus mendekam di penjara di wilayah Xinjiang, China, selama sepuluh tahun karena dituding melakukan separatisme mempromosikan budaya Barat.

Berita penahanan Uchqun, yang bekerja sebagai guru sastra di School of Philology di Xinjiang Normal University, dikonfirmasi oleh seorang mantan teman sekelas dan seorang pejabat desa kepada RFA, lebih dari empat tahun setelah penahanan Uchqun.

"Uchqun dijatuhi hukuman karena meminggirkan budaya nasional dan mencoba memecah belah negara melalui tulisan dan terjemahannya," kata Husenjan, mantan teman sekelasnya yang sekarang tinggal di Norway.

Husenjan mengisahkan bahwa Uchqun ditahan oleh polisi di ibukota Xinjiang, Urumqi pada tahun 2017 dan kemudian diserahkan kepada pihak berwenang di prefektur Hotan. Setelah itu ia kemudian dipindahkan ke Penjara Keriye di wilayah Keriye (Yutian), setelah dia dijatuhi hukuman 10 tahun.

“Sumber saya di China mengatakan kepada saya pada awal 2019 bahwa Nurmemet Omer Uchqun 'sakit dan sedang diperiksa di rumah sakit,' yang berarti dia ditangkap dan sedang diselidiki,” kata Husenjan, yang mendapat informasi dari sumber di dalam negeri China.

“Baru-baru ini, melalui sumber (lain), saya mengetahui bahwa Nurmemet dijatuhi hukuman 10 tahun,” katanya.

“Saya mendengar bahwa pada tahun 2017 dia diinterogasi oleh polisi tentang pekerjaan menulis dan terjemahannya," lanjut Husenjan.

Sebelum ditahan Uchqun terkenal karena karyanya dalam sastra, terjemahan, penelitian, dan ilmu kompute. Ia dilaporkan diculik pada awal 2018.

Salah satu karyanya adalah kumpulan artikel berjudul “Open Your Eyes, Find Yourself Men”. Ia juga menerjemahkan buku-buku seperti The Grand Chessboard, American Primacy and Its Geostrategic Imperatives dan The Seven Habits of Highly Effective People ke dalam bahasa Uighur.

Kumpulan artikel tersebut menjadi dasar penangkapannya atas tuduhan separatisme, sedangkan terjemahannya atas buku-buku Barat dan kumpulan artikel lain yang dia tulis berjudul “If You Discover, the Dust Can Become Gold” adalah dasar untuk tuduhan mempromosikan budaya Barat dan meminggirkan budaya nasional, yang berarti budaya China.

RFA mengkonfirmasi dua tahun lalu bahwa Uchqun telah ditangkap tetapi tidak dapat memverifikasi apakah dia telah dijatuhi hukuman.

Sementara pejabat terkait di Urumqi, ibu kota Xinjiang, telah berulang kali menolak memberikan informasi tentang cendekiawan yang ditahan.

Pihak pejabat di Xinjiang Normal University yang dihubungi RFA untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang Uchqun, memilih bungkam dan tidak menjawab pertanyaan.

Penelusuran berlanjut. Seorang sekretaris Partai Komunis China di desa tempat orang tua Uchqun tinggal membenarkan bahwa cendekiawan tersebut telah dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan menjalani hukumannya di Penjara Keriye.

“Dia (dihukum) 10 tahun (dan menjalani) di Penjara Keriye,” kata sekretaris partai yang tidak disebutkan namanya.

Menurut informasi yang diperoleh secara online, Uchqun lulus dari Jurusan Sastra Universitas Xinjiang pada tahun 2009 dan bergabung dengan Universitas Normal Xinjiang pada tahun yang sama. Dari 2011 hingga 2015, ia belajar untuk meraih gelar doktor di Shanghai Huadong Normal University dan kemudian dipekerjakan kembali oleh Xinjiang Normal University.

Uchqun juga pernah menjadi editor tamu majalah yang dikendalikan Partai Komunis, Xinjiang Civilization, yang memilih karya-karya penulis paling berpengaruh di kawasan itu tentang budaya, sejarah, politik, dan perkembangan sosial Uighur untuk diterbitkan.

RFA sebelumnya melaporkan bahwa pemimpin redaksi majalah tersebut, Qurban Mamut, diculik pada tahun 2017 .

Pihak berwenang China diduga telah menangkap banyak intelektual Uighur, pengusaha terkemuka, dan tokoh budaya dan agama di Xinjiang selama bertahun-tahun sebagai bagian dari kampanye untuk mengendalikan anggota kelompok minoritas Muslim dan, konon, untuk mencegah ekstremisme agama dan kegiatan teroris.

Sejumlah informasi mengungkapkan bahwa sudah lebih dari 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Turki lainnya ditahan sebuah tempat yang disebut kamp penahanan di Xinjiang sejak 2017.

Beijing mengatakan bahwa kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan dan telah membantah tuduhan yang tersebar luas dan terdokumentasi bahwa mereka telah menganiaya Muslim yang tinggal di wilayah tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA