Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubes Vasyl Hamianin: Jika Hanya Bergantung Pada Negosiasi, Ukraina Bisa Hancur dalam 10 Hari

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 11 Maret 2022, 14:33 WIB
Dubes Vasyl Hamianin: Jika Hanya Bergantung Pada Negosiasi, Ukraina Bisa Hancur dalam 10 Hari
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin dalam program RMOL World View pada 9 Maret 2022/Repro
rmol news logo Berbagai upaya dialog untuk mencapai perdamaian telah dan masih dilakukan antara Ukraina dan Rusia. Namun dua pekan sejak serangan Rusia dimulai, situasi di Ukraina belum juga mereda.

Untuk itu, Duta Besar Ukraina Vasyl Hamianin mengatakan, Kiev tidak bisa hanya bergantung pada upaya dialog, negosiasi, atau cara politis lainnya. Alih-alih, Ukraina membutuhkan dukungan dunia internasional dalam menekan Rusia.

"Jika kita hanya bergantung pada diplomasi, politik, konsultasi, negosiasi, dan semacamnya, mungkin dalam 10 hari, mereka (Rusia) akan menghancurkan objek pembicaraan," kata Dubes Hamianin ketika berbincang dalam program RMOL World View di Kopi Timur, kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu (9/3).

Ia menekankan, situasi yang dihadapi oleh Ukraina saat ini bukan konflik lokal, melainkan perang melawan negara. Jika negara atau pemerintah dihancurkan, maka tidak akan ada lagi format politik atau dialog yang dapat dilakukan.

Dalam menghadapi situasi saat ini, Dubes Hamianin menekankan dua cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan agresi.

"Pertama adalah pertempuran militer, seperti yang dilakukan rakyat Ukraina sekarang. Kedua, menekan Federasi Rusia dengan instrumen apa pun yang kita miliki, baik secara ekonomi, politik, ideologi," jelasnya.

Dua hal tersebut dinilainya dapat membantu menekan Rusia, khususnya Presiden Vladimir Putin, agar berhenti menyerang dan bersedia duduk bersama menyelesaikan persoalan.

"Dialog itu baik ketika tidak dalam situasi bertempur, tidak ada bom, tidak ada pembunuhan warga sipil, tidak ada serangan. Barulah Anda bisa duduk dan berdialog," pungkas Dubes Hamianin.

Sejak Putin meluncurkan apa yang ia gambarkan sebagai "Operasi Militer Khusus" ke Ukraina pada 24 Februari, Rusia dan Ukraina berusaha melakukan dialog pada berbagai tingkatan.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba bertemu di Turki. Sayangnya pertemuan tersebut dilaporkan tidak menghasilkan kemajuan signifikan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA