Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Humanity United: 10.000 Kematian Pekerja Migran di Teluk Arab Tiap Tahun, Separuhnya Tak Dapat Dijelaskan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sulthan-nabil-herdiatmoko-1'>SULTHAN NABIL HERDIATMOKO</a>
LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO
  • Sabtu, 12 Maret 2022, 10:21 WIB
Humanity United: 10.000  Kematian Pekerja Migran di Teluk Arab Tiap Tahun, Separuhnya Tak Dapat Dijelaskan
Humanity United./Net
rmol news logo Setiap tahun, sekitar 10.000 pekerja migran dari Asia selatan dan tenggara meninggal dunia saat bekerja di negara-negara Teluk Arab.

Lebih separuh dari kematian itu tidak dapat dijelaskan, dan umumnya dicatat karena ‘penyebab alami’ atau ‘gagal jantung’.

Demikian sebuah laporan berjudul “Vital Signs: The Deaths of Migrans in the Gulf” yang dirilis Humanity United. Laporan ini disusun oleh LSM dari Bangladesh, India, Pakistan, Nepal dan Filipina bersama FairSquare Projects, sebuah organisasi hak migran yang berbasis di London.

Menurut laporan yang dikutip The Guardian pada Jumat (11/3), negara-negara Teluk gagal menyelidiki dengan tepat mengapa begitu banyak pekerja migran dari Asia Selatan yang sekarat.

Laporan itu menyebut, pekerja migran bergaji rendah di Teluk Arab menghadapi serangkaian risiko  kesehatan. Cuaca panas dan kelembaban, polusi udara, kerja berlebihan dan kondisi kerja yang buruk, praktik kesehatan dan keselamatan kerja yang buruk, stres psikososial, dan hipertensi.
Laporan itu juga menyesali praktik kerja fisik berjam-jam dalam suhu tinggi dan tekanan panas yang dapat menyebabkan kerusakan organ.

Contoh utamanya adalah, Julhas Uddin, pria 37 tahun dari Bangladesh, meninggal di Arab Saudi pada Oktober 2017 ketika seorang supervisor menginstruksikannya untuk memasuki saluran pembuangan limbah tanpa tabung oksigen.

Menurut laporan itu, tidak ada penyelidikan yang dilakukan. Sertifikat kematiannya menyatakan penyebabnya sebagai gagal jantung dan asphyxia.
Saat ini ada sekitar 30 juta migran yang bekerja di negara-negara Teluk Arab, yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar dan Kuwait.

Sekitar 80 persen dari mereka bekerja di sektor bergaji rendah seperti konstruksi, perhotelan dan pekerjaan rumah tangga dan berasal dari negara-negara miskin di Asia dan Afrika.

“Terlepas dari benefit tenaga migran itu, baik negara asal maupun negara-negara Teluk telah terlalu lama memberikan kondisi kerja yang tidak memadai untuk memastikan mereka kembali ke rumah dalam keadaan sehat,” ujar Anurag Devkota, seorang pengacara dari Forum Hukum dan Kebijakan Nepal untuk Keadilan Sosial.

“Akibatnya terlalu banyak yang tidak pulang sama sekali, atau melakukannya di peti mati atau kantong mayat,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA