“Hari ini, berkat upaya luar biasa dari para spesialis, insinyur tenaga nuklir dan teknisi listrik kami berhasil mengembalikan pasokan listrik ke Chernobyl, yang direbut oleh penjajah Rusia,†kata Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko seperti dilansir
South Morning China Post, Minggu (13/3).
“Insinyur energi Ukraina, dengan mempertaruhkan kesehatan dan kehidupan mereka sendiri, mampu menghindari risiko kemungkinan bencana nuklir yang mengancam seluruh Eropa,†tambahnya seperti diberitakan
Kantor Berita RMOLNetwork.
Ukraina dilaporkan telah meminta Rusia untuk melakukan gencatan senjata di situs PLTN Chernobyl. Upaya gencatan senjata tersebut dilakukan untuk memperbaiki aliran listrik ke PLTN Chernobyl yang terputus untuk mencegah kebocoran radiasi nuklir lebih meluas.
Terputusnya aliran daya ke Chernobyl memicu kekhawatiran akan risiko kebocoran radiasi, meski badan pengawas nuklir PBB, International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan ada cukup air di kolam limbah bahan bakar agar batang bahan bakar cukup dingin untuk menghindari bencana.
“Tidak ada dampak kritis terhadap keselamatan," ujar IAEA terkait putusnya pasokan listrik itu.
Chernobyl memang menjadi momok bagi Eropa, bahkan dunia. Pasalnya pada tahun 1986, Chernobyl pernah menjadi bencana nuklir terbesar, dimana sebuah ledakan telah menewaskan ratusan orang dan menyebarkan awan radioaktif ke barat melintasi Eropa.
Selain Chernobyl, Pasukan Rusia merebut pabrik Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga atom terbesar di Eropa, pada 4 Maret. Dalam proses perebutannya, terjadi kebakaran yang menimbulkan kekhawatiran di Eropa atas kemungkinan bencana nuklir. Insinyur Rusia tiba di Zaporizhzhia pada pekan lalu untuk memeriksa tingkat radiasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: