Protes tersebut berlangsung setelah para pekerja menerima informasi dari beberapa karyawan bahwa penerbangan bantuan ke Ukraina sebenarnya mengangkut senjata dan amunisi, bukan makanan dan obat-obatan.
Beberapa pekerja di bandara Galileo Galilei kemudian menolak memuat salah satu penerbangan kargo yang diiklankan membawa bantuan kemanusiaan ke Ukraina tersebut.
"Peti-peti itu tidak berisi makanan dan obat-obatan melainkan senjata, amunisi, dan bahan peledak," kata USB dalam sebuah pernyataan pada Senin malam (13/4), seperti dikutip dari
RT, Rabu (16/3).
“Kami sangat mengecam pemalsuan langsung ini, yang secara sinis menggunakan bantuan ‘kemanusiaan’ sebagai kedok untuk memicu perang di Ukraina,†lanjutnya.
Serikat pekerja mengatakan para pekerja menolak untuk memuat pasokan militer karena itu akan menyebabkan kematian rekan-rekan mereka di Ukraina - yaitu, mereka yang bekerja di pangkalan yang ditargetkan oleh serangan rudal Rusia, di mana senjata yang diproses melalui pangkalan AS dan NATO di Polandia dikirim.
Francesca Donato, seorang anggota Parlemen Eropa Italia, mengomentari pernyataan serikat pekerja tersebut dengan meminta pemerintah di Roma untuk “mengklarifikasi†apa yang terjadi.
Sementara itu, pekerja pelabuhan di pelabuhan terdekat Livorno bergabung dengan protes pada hari Selasa, memuji aksi rekan-rekan mereka di bandara.
"Kami berdiri di samping rakyat Ukraina, Donbass dan Rusia dan kami tidak ingin terlibat dalam konflik ini," kata USB Porto Livorno dalam sebuah pernyataan.
Serikat pekerja juga meminta semua pekerja untuk menolak memuat senjata dan bahan peledak, dan menyeruka gencatan senjata dan pembicaraan damai untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: