Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kekuatannya Mulai Dipertanyakan, Akankah Presiden Xi Jinping Turun Takhta?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 18 Maret 2022, 08:02 WIB
Kekuatannya Mulai Dipertanyakan, Akankah Presiden Xi Jinping Turun Takhta?
Presiden China Xi Jinping/Net
rmol news logo Kedudukan Xi Jinping sebagai ketua Partai Komunis China menghadapi ancaman lantaran krisis yang tengah dihadapi Beijing saat ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Xi telah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKC sejak tahun 2012, ketika memenangkan pemungutan suara di parlemen. Saat ini ia berusaha mempertahankan takhtanya untuk periode ketiga berturut-turut, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di China.

Namun di tengah upayanya tersebut, kekuatan pertahanan Xi tampak mulai runtuh dengan perlambatan ekonomi yang dihadapi China, di samping lonjakan kasus Covid-19, dan invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut laporan The Wall Street Journal, kinerja ekonomi China berada dalam kondisi yang buruk karena langkah penguncian ketat untuk mencegah infeksi Covid-19 yang dalam beberapa waktu terakhir melambung.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China diproyeksikan bisa turun 1-2 persen jika Beijing terus memberlakukan penguncian di sebagian besar negaranya.

Data Biro Statistik Nasional menyebut China telah mencatat pertumbuhan ekonomi terendah dalam empat dekade terakhir, yaitu sebesar 2,3 persen.

Pemerintahan Xi juga dikenal keras terhadap sektor swasta, seperti pengembang teknologi dan properti.

Krisis Ukraina juga sangat mempengaruhi ekonomi China yang sudah mengalami kemerosotan di bidang manufaktur, real estate, ekspor, inflasi, dan belanja konsumen.

Tahun ini, China telah menetapkan target sekitar 5,5 persen untuk pertumbuhan PDB, yang merupakan yang terendah dalam beberapa dekade.

Masalah besar lainnya yang dihadapi pemerintahan Xi adalah meningkatnya pengangguran, terutama di kalangan lulusan perguruan tinggi yang meningkat hingga 0,88 pada kuartal keempat 2021, dari 0,79 pada kuartal kedua 2020.

Tekanan-tekanan tersebut bahkan disebut telah menyebabkan mantan pejabat terkemuka PKC, seperti mantan Perdana Menteri Zhu Rongji, mengungkapkan kegelisahan dan mempertanyakan kemungkinan masa jabatan ketiga Xi.

“Dorongan Xi untuk menjauhkan China dari kapitalisme dan Barat telah melemparkan ekonomi China ke dalam ketidakpastian dan mengekspos celah samar dalam kekuasaannya,” demikian The Wall Street Journal. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA