Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Tetap Abstain pada Situasi Ukraina, Wang Yi: Jangan Termakan Mentalitas Perang Dingin

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sulthan-nabil-herdiatmoko-1'>SULTHAN NABIL HERDIATMOKO</a>
LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO
  • Senin, 21 Maret 2022, 21:43 WIB
China Tetap Abstain pada Situasi Ukraina, Wang Yi: Jangan Termakan Mentalitas Perang Dingin
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi/Net
rmol news logo Menteri Luar Negeri China, Wang Yi telah membela keputusan Beijing untuk abstain dalam pemungutan suara Perserikatan Bangsa Bangsa tentang krisis Ukraina, dengan mengatakan itu adalah cara untuk memberikan kesempatan perdamaian bagi Rusia maupun Barat.

Dalam sambutannya setelah menjamu koleganya dari Aljazair, Ramtane Lamamra pada Minggu sore (20/3), Wang mengatakan bahwa perang dan sanksi bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis.

“Tidak memilih juga merupakan sikap yang dapat dihormati. Ini untuk memberi kesempatan perdamaian,” ujar Wang seperti dikutip oleh South Morning China Post.

“Penyelesaian dengan perselisihan perang dan sanksi itu tidak mendukung siapapun. Posisi kami adalah bentuk sikap yang bertanggung jawab,” tambahnya.

Awal bulan ini, China abstain dalam pemungutan suara PBB untuk mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina, dan mengecam PBB mempropagandakan “mentalitas perang dingin berdasarkan konfrontasi blok”, sebuah referensi untuk aliansi keamanan NATO.

Ia juga menyerukan untuk mengatasi masalah keamanan yang sah dari semua pihak, termasuk Rusia.

Wang mengatakan setelah bertemu dengan Lamamra bahwa penyebab krisis Ukraina itu rumit dan harus ada instrospeksi yang dalam tentang ekspansi NATO ke timur, yang dipandang sebagai ancaman oleh Rusia.

“Dialog dan negosiasi adalah solusi mendasar. Dalam situasi saat ini, kita harus tetap berpegang pada arah ini,” ujar Wang.

“Terutama saat ini dalam konteks dampak epidemi, eskalasi sanksi sepihak akan menyebabkan putusnya rantai industri dan rantai pasokan global, yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat di berbagai negara. Orang-orang dari semua negara tidak boleh dipaksa untuk membayar tagihan untuk konflik geopolitik dan permainan kekuatan besar,” jelas Wang lebih lanjut.

Wang menambahkan, bahwa semua negara memiliki hak untuk memutuskan kebijakan luar negeri mereka sendiri secara independen dan tidak boleh dipaksa untuk memilih pihak.

“Ketika berhadapan dengan masalah yang kompleks dan pendapat yang berbeda, kita tidak boleh mengadopsi pendekatan sederhana menjadi musuh atau teman, atau hitam dan putih. Secara khusus, kita harus melawan mentalitas perang dingin dan menentang konfrontasi kamp,” ujarnya.

Memang, China sejauh ini tidak menyebut tindakan Rusia terhadap Ukraina sebagai invasi. Ini mengarahkan opini publik bahwa mereka mendukung Rusia.

Sebelumnya, Duta Besar China untuk AS, Qin Gang, pada Minggu membela sikap Beijing dalam sebuah wawancara di televisi Amerika.

Ditanya pada program CBS News Face the Nation mengapa China tidak mengutuk ini sebagai invasi, Qin mengatakan akan menjadi kejutan jika Rusia akan mundur dengan kecaman.

“Kami akan terus mempromosikan pembicaraan damai dan mendesak gencatan senjata segera. Penghukuman saja tidak akan membantu. Kita membutuhkan kebijaksanaan. Kami membutuhkan keberanian. Dan kita membutuhkan diplomasi yang baik,” pungkas Qin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA