Saat ini, Dubes Najib tengah menggarap sebuah novel sebagai bagian dari "diplomasi" untuk meningkatkan pariwisata Indonesia dan Spanyol.
Lewat wawancara dengan
RRI yang diunggah di YouTube pada Sabtu (19/3), Dubes Najib mengungkap novel tersebut akan diberi judul "Alhambra".
Alhambra merupakan sebuah situs populer di Granada, Spanyol. Itu adalah kompleks istana yang megah di era kekhalifahan Bani Ummayyah, yang saat ini menjadi tujuan wisata.
Akan terdiri dari 36 bab, novel "Alhambra" karya Dubes Najib nantinya juga akan dibuat serial.
Dalam wawancara tersebut, Dubes Najib menyebut ada alasan tersendiri yang membuatnya menulis novel itu.
Sebagai diplomat non-karir yang berlatarbelakang guru dan penulis, ia mengatakan, novel merupakan cara lain baginya untuk menyentuh hati dan empati demi meningkatkan persepsi publik terhadap Spanyol dan Indonesia.
"Di era saat ini, saya sudah diberikan KPI. Kalau presiden menugaskan dubes itu, ukuran keberhasilannya ada tiga. Yang pertama ekonomi, kedua ekonomi, dan ketiga ekonomi," ujarnya.
Namun, ia lanjutkan, tidak semua target ekonomi tidak dapat digapai secara langsung. Target ekonomi sendiri menekankan tiga unsur, yaitu investasi, perdagangan, dan pariwisata.
"Bicara perdagabgan itu bisa instan. Tapi kalau pariwisata, ini perlu membangun
image yang positif, harus mendekatkan hati, simpati, dan pengertian antar dua bangsa, dan sebagainya," jelas dia.
Untuk itu, Dubes Najib berpikir novel menjadi sarana efektif karena bukan hanya dapat menyentuh hati dan pikiran, namun juga bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.
"Inilah yang mndorong saya menulis novel. Dan modal secara perspektif keagamaan, khususnya Islam yang mayoritas Indonesia dan saya sangat paham, sehingga lewat perspektif itulah saya menulis," tambahnya.
Meski begitu, Dubes Najib menekankan, menulis novel sebagai seorang diplomat tidaklah mudah.
Setiap novel menuntut sesuatu yang kontroversial. Namun ia ingin hal itu tidak dapat diangkat dari hal-hal picisan, mengada-ada, atau mendramatisir.
"Saya ingin berangkat dari fakta sejarah dan keyakinan," ucapnya.
Di sisi lain, sebagai diplomat, novel yang ia kemas tidak boleh kontraproduktif dengan tugasnya.
Walau tidak mudah, namun Dubes Najib mengaku selalu menemukan cara untuk melakukannya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: