Dalam pidatonya di pertemuan yang berlangsung di Islamabad, Selasa (22/3), Wang menyampaikan pesan agar China dan negara-negara Islam saling mendukung dalam pembangunan, sesuai dengan kondisi nasional mereka sendiri, dan menjaga hak dan kepentingan yang sah dari negara-negara berkembang.
"Ini sepenuhnya mencerminkan keinginan tulus China dan dunia Islam untuk memperkuat pertukaran dan kerja sama, yang tentunya akan meningkatkan hubungan antara kedua belah pihak ke tingkat yang baru," tegas Wang, yang hadir atas undangan organisasi tersebut, seperti dikutip dari
CGTN, Rabu (23/3).
Memperhatikan peradaban China dan peradaban Islam keduanya peradaban kuno dengan pengaruh global yang signifikan, Wang mengatakan pertukaran persahabatan bilateral dengan latar belakang sejarah yang mendalam dan landasan publik yang kuat telah bertahan dalam perubahan lanskap internasional.
"Persahabatan adalah arus utama hubungan antara kedua belah pihak, kesetaraan adalah dasar interaksi timbal balik dan saling menguntungkan adalah tujuan kerja sama," kata Wang.
Dia menambahkan China dan dunia Islam telah menemukan cara bagi peradaban untuk hidup bersama dalam persahabatan dan kerja sama yang saling menguntungkan, memberikan contoh yang baik dalam membina hubungan internasional jenis baru, dan memberikan pengalaman yang berguna tentang bagaimana negara dan peradaban yang berbeda harus berinteraksi.
"Di tengah dunia yang bergejolak dan berubah, China bersedia bekerja dengan negara-negara Islam untuk mengadvokasi multilateralisme sejati, menjaga tujuan dan prinsip Piagam PBB, memelihara sistem internasional dengan PBB sebagai intinya, dan berdiri bersama di jalan menuju peremajaan nasional," tegas Wang.
Dia mendesak kedua belah pihak untuk saling mendukung secara tegas dalam menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial mereka sendiri.
"China dan negara-negara Islam harus menjadi mitra dalam pembangunan dan revitalisasi," kata Wang, seraya menambahkan kedua pihak harus bersatu melawan pandemi Covid-19 dan memperkuat dok strategi pembangunan mereka.
Sesi ke-48 Dewan Menteri Luar Negeri OKI dijadwalkan berlangsung selama dua hari, dari 22-23 Maret 2022.
Ini adalah pertama kalinya seorang menteri luar negeri China menghadiri sidang OKI.
Kongres Uighur Sedunia (WUC) menyesalkan kehadiran Wang Yi di pertemuan OKI. Dalam rilisnya, WUC mengungkapkan keprihatinan mendalam dan menyebut bahwa kehadiran Wang di Dewan OKI merusak kredibilitas dan kedudukan internasional organisasi tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: