Hal itu diungkap oleh Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno kepada wartawan, seperti dikutip
ANI News, Selasa (29/3).
“Sampai saat ini, tidak ada pemberitahuan bahwa kontrak yang ada dengan perusahaan Jepang untuk pasokan LNG (gas alam cair) dari Rusia akan jatuh di bawah persyaratan untuk dikonversi ke rubel" ujarnya.
"Namun, jika tuntutan tersebut diterima, pemerintah Jepang ingin meminta perusahaan untuk tidak menyetujuinya dengan kondisi seperti itu,†tambahnya.
Rusia telah menjadikan rubel sebagai satu-satunya mata uang penjualan gasnya ke negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Menurut laporan Gazprom, 58 persen dari penjualan gas alam ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari diselesaikan dalam euro. Lalu dolar AS menyumbang sekitar 39 persen dari penjualan kotor, dan poundsterling sekitar 3 persen.
Namun itu akan berubah menjadi murni rubel, sesuai dengan keinginan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Adapun daftar negara "tidak bersahabat" yang diumumkan oleh Rusia itu adalah Amerika Serikat, negara-negara anggota Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swiss, dan Ukraina.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: