Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubai, Surga Tempat Oligarki Rusia Selamatkan Diri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 29 Maret 2022, 15:13 WIB
Dubai, Surga Tempat Oligarki Rusia Selamatkan Diri
Ilustrasi/Net
rmol news logo Jika ada negara yang bisa disebut sebagai "surga" buat para oligarki Rusia yang saat ini terancam sanksi negara-negara Barat, itu adalah Dubai.

Matahari yang terik, hotel bintang lima, dan mal luas yang dipenuhi dengan merek global mewah, Dubai telah lama menjadi tujuan favorit bagi orang Rusia yang kaya raya.

Dan hubungan asmara itu semakin intensif sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.

Selama sebulan terakhir, situs web yang melacak pergerakan penerbangan dan kapal telah memantau armada superyacht dan jet pribadi milik oligarki Rusia yang mendarat dan berlabuh di Dubai, salah satu dari tujuh emirat yang membentuk Uni Emirat Arab (UEA).

Negara Teluk UEA yang kaya minyak telah berubah menjadi tempat yang aman bagi oligarki dan Rusia yang ingin menyimpan uang tunai dan aset paling berharga mereka di luar jangkauan sanksi keuangan yang dijatuhkan oleh banyak negara di Barat.

UEA, tidak lagi bergerak bersama dengan AS dan sekutu lama Barat, dan telah memutuskan untuk menjauhkan Rusia dari sanksi. Pada bulan Februari, UEA juga abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Greg Barton, profesor Politik Islam Global di Universitas Deakin, mengatakan Dubai telah "secara sinis" melangkah maju untuk mengisi kekosongan keuangan yang ditinggalkan oleh Kota London - pusat oligarki Rusia - dan bahkan Swiss, yang telah membekukan aset Rusia.

"Ini adalah respons sinis yang mementingkan diri sendiri dari UEA, yang benar-benar mengatakan, 'Jika itu pergi ke suatu tempat, itu mungkin juga datang kepada kita'," katanya, seperti dikutip dari AP.

"UEA telah memantapkan dirinya pada 1990-an dengan keluar dari Teluk sebagai semacam Swiss atau Singapura dengan sistem ramah terhadap arus masuk modal, dan gaya hidup glamor untuk individu dengan kekayaan bersih tinggi dari seluruh dunia," kata Profesor Barton.

Menurut laporan New York Times, setidaknya 38 pengusaha atau pejabat terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki lusinan properti di Dubai senilai lebih dari 400 juta dolar AS.

Awal bulan ini Satuan Tugas Aksi Keuangan, pengawas kejahatan keuangan global, menambahkan UEA ke daftar pengawasan pencucian uang "abu-abu", yang berarti Dubai dan enam emirat lainnya akan berada di bawah pengawasan keuangan yang lebih ketat.

UEA, yang menjalankan rezim bebas pajak untuk penduduk asing, telah didorong untuk memperketat peraturan perbankannya dalam beberapa tahun terakhir.

Orang asing dapat mendirikan bisnis di lusinan tempat yang dikenal sebagai "zona bebas" di UEA, yang sebagian besar berlokasi di Dubai. Zona bebas memungkinkan orang asing untuk mendapatkan visa tinggal jangka pendek UEA.

Namun, mulai tahun 2018, orang asing kaya juga dapat mengajukan program visa "emas", yang memberi investor izin tinggal 10 tahun di UEA.

Laporan lokal di Dubai menunjukkan bahwa pengusaha Rusia sekarang bermigrasi ke UEA dalam jumlah yang meningkat, berusaha untuk menghindari sanksi dan menjaga bisnis mereka tetap berjalan.

Menjelaskan mengapa hubungan UEA dengan Amerika Serikat melemah, Profesor Barton mengatakan Presiden AS Joe Biden harus menanggung sebagian kesalahannya.

"Ketika UEA menjadi sasaran drone Houthi dan Joe Biden tidak mengangkat telepon dan menyatakan keprihatinan, itu benar-benar membuat marah," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA