Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tentara Anak Makin Marak, Maroko Bentuk Pusat Pencegahan Khusus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 01 April 2022, 14:54 WIB
Tentara Anak Makin Marak, Maroko Bentuk Pusat Pencegahan Khusus
Peresmian Pusat Penelitian Internasional untuk Pencegahan Prajurit Anak/Net
rmol news logo Maroko semakin serius memerangi perekrutan tentara anak. Terbukti dengan didirikannya Pusat Penelitian Internasional untuk Pencegahan Prajurit Anak.

Lembaga tersebut diresmikan di Dakhla pada Kamis (31/3), dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, khususnya, tentang nasib tentara anak, proses pendaftaran mereka, serta penyebab mendasar perekrutan tentara anak.

Pusat tersebut akan memfokuskan misinya pada studi, penelitian dan konsultasi tentang pencegahan dan eksploitasi anak-anak di zona konflik.

Lembaga tersebut dikepalai oleh Abdelkader Filali, seorang profesor di Universitas Ottawa. Di dalamnya juga terdapat para eksekutif, akademisi, dan lulusan univesitas.

Mengutip Middle East Confidential, Filali menyebut lembaga ini dilengkapi dengan mekanisme untuk advokasi internasional dalam organisasi PBB di berbagai forum. Mereka juga bekerja sama dengan masyarakat dan otoritas sipil di seluruh dunia.

Melalui penelitian akademis, kemitraan dan kolaborasi, lembaga tersebut akan menyebarkan strategi untuk menangani semua bentuk pendaftaran anak-anak dan melakukan penilaian dan sensus tentara anak yang tidak terdaftar, sambil menawarkan solusi inovatif untuk memerangi eksploitasi mereka dalam konflik bersenjata.

Hadir dalam pembukaan, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita memperingatkan bahwa perekrutan anak-anak di kamp-kamp Tindouf oleh Polisario memicu ketidakstabilan di Afrika Utara dan Sahel.

Bourita menekankan negara tuan rumah harus memikul tanggung jawab internasional sepenuhnya, termasuk keselamatan dan perlindungan anak-anak yang tinggal di wilayahnya.

Ia juga menyayangkan meningkatnya proporsi anak-anak yang tinggal di zona konflik yang berisiko direkrut dan digunakan oleh kelompok bersenjata.

Data menunjukkan, jumlah tentara anak meningkat tiga kali lipat dari kurang dari 5 persen pada tahun 1990 atau sekitar 99 juta anak, menjadi lebih dari 14 persen atau 337 juta anak pada tahun 2020.

“Masalah tentara anak tidak marginal atau tidak langsung dan bertentangan dengan kepercayaan populer, fenomena ini tidak eksklusif di Afrika,” ujarnya.

Bourita mencatat bahwa anak-anak mengambil bagian dalam 75 persen konflik di dunia, lebih dari 460 juta anak tinggal di zona konflik pada tahun 2022 dan lebih dari 15 persen tentara anak adalah perempuan.

Dalam 25 tahun terakhir, 170 ribu anak telah dibebaskan dari kelompok bersenjata. Namun, hanya sejumlah kecil mantan tentara anak yang telah diidentifikasi di sejumlah negara yang disurvei. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA