Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bahas Masalah Laut China Selatan, Duterte dan Xi Jinping Teleponan Sampai Sejam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sulthan-nabil-herdiatmoko-1'>SULTHAN NABIL HERDIATMOKO</a>
LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO
  • Minggu, 10 April 2022, 05:40 WIB
Bahas Masalah Laut China Selatan, Duterte dan Xi Jinping <i>Teleponan</i> Sampai Sejam
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dan Presiden China, Xi Jinping/Net
rmol news logo Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dan Presiden China, Xi Jinping, menekankan perlunya kedua negara untuk menahan diri dalam menjaga perdamaian di Laut China Selatan (LCS).

Kedua pemimpin pun saling telepon selama satu jam pada Jumat (8/4). Mereka membahas berbagai topik dari mulai sikap kedua negara terhadap Laut China Selatan, kekhawatiran atas krisis Ukraina, dan tanggapan pandemi Covid-19.

"Para pemimpin menekankan perlunya mengerahkan semua upaya untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Laut China Selatan dengan menahan diri, meredakan ketegangan dan bekerja pada kerangka kerja yang disepakati bersama untuk kerja sama fungsional," ujar Kantor Presiden Duterte, mengutip pembicaraan kedua pemimpin, seperti dilaporkan Channel News Asia Sabtu (9/4).

Kedua belah pihak berkomitmen saling melibatkan negaranya secara positif di kawasan LCS, bahkan ketika ada perselisihan diantara Filipina dan China.

Pun berbicara tentang pentingnya melanjutkan diskusi itu dan menyimpulkan kode etik di Laut Cina Selatan yang mereka sengketakan sejak 2016.

Duterte dan Xi Jinping juga menyerukan solusi dialog untuk resolusi damai situasi di Ukraina, dan berjanji untuk bekerja sama dalam mengatasi dampak perubahan iklim di kawasan Asia-Pasifik.

Sejak menjabat pada 2016, Duterte telah menjalin hubungan yang lebih hangat dengan Beijing. Mengesampingkan perselisihan teritorial yang sudah berlangsung lama di Laut China Selatan dengan imbalan miliaran dolar bantuan, pinjaman, dan janji investasi.

Namun mereka juga sering berselisih. Terutama pada kasus yang diangkat oleh Filipina terkait klaim LCS. Putusan arbitrase internasional di Den Haag pada 2016 membatalkan klaim China atas jalur air yang dilalui perdagangan kapal senilai sekitar 3 triliun dolar AS setiap tahunnya itu.

Pada akhir Maret ini, Filipina juga mengajukan protes diplomatik atas kapal Penjaga Pantai China yang melakukan manuver jarak dekat di sekitar kepulauannya.

Duterte akan mengakhiri masa jabatannya selama enam tahun pada Juni ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA