Ini jelas terlihat pada kabinet saat ini dimana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang memenangkan Pemilu 2019 melawan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Joko Widodo yang merupakan
champion dari PDIP telah menempatkan Prabowo Subianto, kandidat Gerindra sebagai Menteri Pertahanannya pada periode 2019 hingga 2024.
Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Muhammad Najib pada Minggu (17/4) menyebut fenomena ‘menang jadi presiden, kalah jadi menteri’ itu sebagai kemajuan demokrasi Indonesia ketimbang di Spanyol dan dunia internasional.
“Demokrasi Indonesia itu lebih maju dari dunia internasional. Yang menang jadi Presiden, yang kalah jadi Menteri,†ujar Najib dalam acara Zoom Ngabuburit Internasional bersama Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) pada Minggu (17/4).
“Kalau yang lain kan, yang menang jadi penguasa, yang kalah jadi oposisi. Kemudian jika oposisi itu menang di putaran kabinet selanjutnya, maka
vice-versa,†tambahnya.
Dubes Najib kemudian menjelaskan, Musyawarah dalam Pancasila yang diilhami oleh rakyat Indonesia, itu berdasarkan kata
Sura’ dari Bahasa Arab.
“Kalau kita lihat di Pancasila, kata musyawarah itu mendominasi, kata itu berasal dari Bahasa Arab yakni
Sura’.
Sura’ itu tidak ada oposisi. Yang menang itu memimpin, yang kalah menjadi pendukung.†jelas Najib.
Tak lupa menyampaikan sejarah perebutan kekuasaan pada Eropa dan dunia Barat, Dubes Najib menjelaskan bahwa dulunya, semua perebutan kekuasaan di daerah itu merupakan
lose-lose solution. Dengan kata lain yang menang mengambil seluruh kekuasaan, yang kalah dibinasakan.
“Pada saudara sendiri tidak jarang ketika terjadi pembunuhan bermotivasi politik di antara keluarga kerajaan pada jaman itu. Seperti contoh jika anak dari seorang raja ingin mendapatkan kekuasaan orang tuanya, ia tidak segan untuk membunuh mereka. Ini juga berlaku sebaliknya, jika sang raja melihat salah satu anaknya berpotensi memberontak, maka ia akan membunuhnya,†jelas Najib.
“Bahkan kalau ada yang diasingkan (atas perebutan kekuasaan di jaman dulu) itu sudah sangat hebat,†tambahnya.
Di akhir topik, Dubes Najib mengingatkan bahwa perkembangan demokrasi di dunia, terutama di Spanyol dan Indonesia itu harus disyukuri.
“Sekarang perebutan kekuasaan itu formulanya
win-win, tidak seperti di masa lalu. Perebutakan kekuasaan sudah tidak lagi memakai pedang, tetapi dengan pemilu. Ini harus kita syukuri dan pertahankan,†pungkas sang Dubes.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: