Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sierra Leone: Kami Tidak Ada Hubungannya dengan Perang Ukraina, Tapi Kami Menjadi Paling Menderita

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 19 April 2022, 14:59 WIB
Sierra Leone: Kami Tidak Ada Hubungannya dengan Perang Ukraina, Tapi Kami Menjadi Paling Menderita
Presiden Sierra Leone Julius Maada Bio/Net
rmol news logo Ketika Barat beramai-ramai menjatuhkan sanksinya kepada Rusia dan mengabaikan dampaknya terhadap negara-negara miskin, Sierra Leone sudah berada dalam kondisi terkapar. Kemiskinan sudah benar-benar mencekik leher meraka.

Salah seorang warga kota Freetown, Iyesatu Turay, mengatakan kepada AFP bahwa dia benar-benar tidak memiliki makanan untuk keluarganya di hari itu. Dia tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari seng di perkampungan kumuh yang berantakan dengan puing, di mana babi dan dan anjing liar yang kurus kering berseliweran mengais-ngais mencari makanan.  

Sierra Leone memang sudah miskin. Perang di Ukraina semakin mmeperparah penderitaan itu. Hidup menjadi semakin sulit dengan harga-harga yang melambung tinggi, mulai dari bahan bakar sampai minyak goreng dan beras.

Afrika barat diterjang kesulitan ekonomi yang cukup berat. Ditambah dengan pemadaman listrik dan air yang menjadi lebih serig dari biasanya.

"Kami membutuhkan bantuan," kata Turay. "Kami hampir tidak bisa bertahan hidup dengan sekali makan setiap larut malam," katanya kepada AFP. "Tidak ada makanan, air, dan cahaya."

Sebagai negara yang kaya berlian, mestinya Sierra Leone tidak mengalami krisis seperti ini. Namun, salah satu negara termiskin di  di dunia kitu masih berjuang bangkit dari  perang saudara 1991-2002 yang brutal dan epidemi Ebola Afrika Barat 2014-2016.

Ketika beberapa negara mengingatkan dampak perang di Ukraina akan menghempaskan negara-negara miskin, maka Sierra Leone sudah merasakannya. Peringatan itu sudah menjadi kenyataan di negara berpenduduk 7,5 juta orang, di mana sekitar 43 persen penduduknya hidup di bawah 1,90 dolar AS per hari, menurut Bank Dunia.

Rusia, produsen energi utama, berada di bawah sanksi Barat yang ketat. Invasinya ke Ukraina pada bulan Februari telah membuat harga minyak melonjak di seluruh dunia, dengan inflasi konsumen juga meningkat pesat.

Badan Pengatur Perminyakan Sierra Leone (PRA) menaikkan harga tertinggi untuk bensin dan solar masing-masing sebesar 34 persen dan 40 persen, dibandingkan dengan Januari.

PRA mengutip masalah pasokan terkait dengan memburuknya "situasi geopolitik di Eropa" sebagai alasan di balik langkah tersebut.

Situasi yang serba sulit membuat orang mempertanyakan kemampuan Presiden Julius Maada Bio dalam memimpin negaranya.

Empat tahun masa jabatan pertama, pria 57 tahun sepertinya kurang memenuhi janji kampanye untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan.

Baru-baru ini, Bio juga menyesalkan dampak yang harus ditelan negaranya.

"Kami tidak ada urusan dengan perang di Ukraina, tetapi rakyat kami menderita di sini," katanya.

Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan dalam sebuah pernyataan pekan lalu bahwa Afrika Barat menghadapi "krisis pangan dan gizi yang belum pernah terjadi sebelumnya", dengan lebih banyak orang sekarang dalam risiko karena harga tinggi terkait dengan perang Ukraina. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA