Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Harapan Tipis Le Pen Menuju Istana Elysee: Pilih Prancis atau Emmanuel Macron?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 23 April 2022, 09:00 WIB
Harapan Tipis Le Pen Menuju Istana Elysee: Pilih Prancis atau Emmanuel Macron?
Poster pemilu untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, kiri, dan kandidat presiden Marine Le Pen di papan pengumuman di Lens, Prancis/Foto; Bloomberg
rmol news logo Rakyat Prancis akan segera menentukan pilihan mereka pada Minggu (24/4) waktu setempat, memilih antara presiden petahana Emmanuel Macron atau pemimpin sayap kanan Marine Le Pen.

Le Pen, yang mencalonkan diri untuk ketiga kalinya untuk duduk di Istana Elysee, berharap menjadi pemimpin sayap kanan pertama Prancis modern dan wanita pertama yang memegang kursi kepresidenan.

Meski banyak hasil jajak pedapat yang mengatakan Macron lebih unggul, tetapi marginnya lebih tipis kali ini.

Jika Le Pen menang, ini akan mengirimkan gelombang kejutan di seluruh Uni Eropa, yang telah dia janjikan untuk direformasi secara radikal jika dia memenangkan kekuasaan, merombaknya sebagai "aliansi bangsa".

Pada rapat umum di Arras, di jantung utara Le Pen, pemimpin partai Rassemblement National (National Rally) itu berusaha untuk membingkai pilpres Minggu sebagai referendum tentang Macron, mendesak pemilih untuk memilih "antara Macron dan Prancis".

“Untuk memblokir (Macron), Anda tidak bisa abstain, Anda harus memilih,” kata Le Pen, seperti dikutip dari AFP.

“Anda harus memilih satu-satunya front yang benar-benar republik, front anti-Macron," katanya.

Kandidat anti-imigran itu telah menghabiskan lima tahun terakhir untuk mencoba menghapus ingatan tentang debat televisi  bersama Macron pada 2017, yang ia akui 'gagal'. Namun, debat capres pada Rabu (20/4) melemparnya kembali kepada 'kekalahan' telak setelah Macron menyinggung soal kedekatannya dengan Rusia dan Presiden Vladimir Putin. Macron juga mengingatkan tentang gagasannya pada pelarangan hijab.

Le Pen marah atas tuduhan petahana bahwa dia terikat ke Moskow karena pinjaman 9 juta euro yang dia ambil dari bank Ceko-Rusia pada tahun 2014.

"Seperti ular boa, Emmanuel Macron tampaknya secara bertahap mengencangkan cengkeramannya di sekitar lawannya sampai dia mati lemas," tulis harian Prancis Le Monde, menggambarkan debat itu sebagai peluang yang terlewatkan bagi Le Pen.

Setelah debat, jajak pendapat singkat oleh Elabe untuk BFM TV mengatakan 59 persen pemirsa menganggap Macron paling meyakinkan sementara 39 persen berpikir Le Pen menang.

Hasil jajak pendapat menunjukkan Macron unggul atas Le Pen sekitar 10 poin persentase. Namun, para pengamat mengingatkan itu belum menunjukkan apa-apa karena banyaknya pemilih yang ragu-ragu.

Banyak pemimpin Eropa mendukung Macron menduduki tahta untuk kedua kalinya. Di antara mereka ada Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dan Perdana Menteri Portugis António Costa - yang mengambil langkah yang tidak biasa dengan menulis kolom tentang pemilihan Prancis yang diterbitkan di beberapa surat kabar Eropa.

“Ini adalah pemilihan antara kandidat demokratis yang percaya bahwa kekuatan Prancis meluas di Uni Eropa dan kandidat ekstrem kanan yang secara terbuka berpihak pada mereka yang menyerang kebebasan dan demokrasi kami, nilai-nilai yang didasarkan pada gagasan Pencerahan Prancis,” tulis mereka tanpa menyebut nama Macron atau Le Pen. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA