Dalam pidato kemenangannya, Macron mengakui bahwa banyak orang yang memilihnya hanya karena agar Le Pen tidak terpilih. Seperti juga beberapa pengamat mengatakan; "Banyak orang Prancis memilihnya hanya untuk memblokir sayap kanan agar tidak memerintah negara itu dan tidak mendukung programnya.
"Teman-teman, kita harus bermurah hati dan saling menghargai, karena negara kita dipenuhi dengan begitu banyak keraguan dan begitu banyak perpecahan," kata Macron dalam pidato kemenangannya.
Pria berusia 44 tahun itu bertekad akan menjalankan masa lima tahun ke depannya dengan "ambisi dan niat baik". Ia berjanji tidak meninggalkan siapa pun. Ia bersumpah untuk memimpin Prancis melalui tahun-tahun "bersejarah" yang akan datang setelah terpilih kembali.
“Saya bukan calon dari satu faksi lagi, tetapi presiden untuk kita semua,†kata Macron, berbicara kepada para pendukungnya di luar Menara Eiffel tak lama setelah pengumuman kemenangannya.
Prancis perlu bersatu untuk menghadapi tantangan yang jauh lebih berat.
"Tahun-tahun mendatang tidak akan mudah," katanya. “Tapi itu menjadi sejarah/ Dan bersama-sama, kita akan menulisnya untuk generasi kita,†katanya.
Mengenai aksi protes yang terjadi ketika perhitungan suara menunjukkan kemenangan bagi dirinya, Macron berujar bahwa ia sangat paham sebagian penduduk kecewa karena kekalahan Le Pen.
“Saya tahu untuk sejumlah rekan senegara kita yang telah memilih sayap kanan hari ini, kemarahan dan ketidaksepakatan dirasakan pada hari ini. Mengenai adanya aksi protes, iItu adalah tanggung jawab saya dan orang-orang di sekitar saya,†kata Macron.
Pemilihan presiden Prancis berlangsung saat invasi Rusia ke Ukraina memasuki bulan ketiga. Macron unggul dengan 58 persen suara, sementara Le Pen mendapat 41 persen suara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.