Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan, di antara kekhawatiran itu, Rusia tetap memiliki harapan untuk prospek kesepakatan damai.
Berbicara kepada
Russian First Channel pada Senin (25/4), dia mengatakan Moskow ingin menghindari risiko yang meningkat dari konflik semacam itu. Itu sebabnya Rusia mendesak segera pembicaraan damai yang sayangnya belum mendapat tanggapan lebih jauh dari Ukraina.
Ketika ditanya apakah situasi saat ini di Ukraina sebanding dengan Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962, Lavrov mengatakan bahwa sebenarnya pada peristiwa itu, ada aturan tertulis yang telah disepakati.
"Selama waktu itu, hanya ada aturan tertulis, dan berjalan dengan jelas melalui saluran komunikasi antara para pemimpin AS dan Uni Soviet. Komunikasi dan aturan tertulis itu yang tidak kami miliki saat ini (dengan Ukraina)," kata Lavrov.
'Aturan perilaku' cukup jelas. Di Moskow jelas bagaimana Washington berperilaku, dan Washington jelas bagaimana Moskow berperilaku. Bahkan saat ini hanya ada sedikit aturan, kata Lavrov, mengacu pada perjanjian perlucutan senjata nuklir “New Startâ€. Tetapi pada saat yang sama semua instrumen pengendalian senjata dan non-proliferasi lainnya secara praktis dihancurkan.
"Ada juga saluran komunikasi selama Krisis Rudal Kuba yang dipercaya oleh para pemimpin Uni Soviet dan Amerika Serikat. Saat ini, tidak ada saluran seperti itu dan tidak ada yang mencoba membuatnya," jelas Lavrov.
Dalam Krisis Rudal Kuba 1962, Amerika Serikat dan Uni Soviet berada di ambang perang nuklir.
Krisis Ruda Kuba merupakan sebuah krisis yang dimulai dari 14-28 Oktober 1962. Meski hanya 13 hari, peristiwa ini hampir memicu adanya perang nuklir.
New Start adalah satu-satunya perjanjian kontrol senjata utama yang tersisa antara Amerika Serikat dan Rusia. Ini membatasi persenjataan nuklir kedua negara menjadi 800 sistem pengiriman dan 1.550 hulu ledak nuklir operasional.
Berkenaan dengan Ukraina, Lavrov mengatakan dia yakin bahwa kesepakatan akan ditandatangani pada akhir konflik. Rusia akan melanjutkan negosiasi dengan delegasi Ukraina, menurutnya. Namun, ia juga menekankan bahwa niat baik memiliki batasnya.
"Harus ada timbal balik. Jika tidak, maka tidak membantu proses negosiasi,†ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: