Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Garuda Shield Diperluas, Tunjukkan Kedekatan Nyata Indonesia-AS yang Berpotensi Bikin China Meradang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 03 Mei 2022, 14:04 WIB
Garuda Shield Diperluas,  Tunjukkan Kedekatan Nyata Indonesia-AS yang Berpotensi Bikin China Meradang
Tentara AS dan Indonesia saat latihan gabungan Garuda Shield tahun 2021/Net
rmol news logo Sebagai negara dengan kebijakan luar negeri yang netral, persiapan latihan gabungan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang akan berlangsung Agustus mendatang dinilai telah menunjukkan condongnya militer tanah air ke Barat dan AS. Bisa dipastikan ini akan memancing kemarahan China.

Sebenarnya, Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah mengadakan latihan gabungan sejak 2009 yang disebut Garuda Shield, dan secara rutin diadakan setiap tahun.

Namun, tahun ini, manuver latihan diperluas lagi dengan mengikutseratakan delapan negara lain, termasuk Australia, Kanada, Jepang, Malaysia, Singapura, Inggris, Papua Nugini, dan Timor Leste. Untuk tahun ini, untuk pertama kalinya latihan dilakukan dengan mengitari Laut China Selatan, seprti dilaporkan Asia Times.

Tidak semua dari delapan negara itu akan menjadi peserta aktif. Beberapa negara hanya akan mengirimkan pengamat untuk mengukur manfaat dari mengambil bagian dalam latihan di masa depan, mengingat posisi Indonesia mengangkangi chokepoints kunci untuk perdagangan internasional.

Latihan itu akan melibatkan komponen darat, laut dan udara, yang difokuskan di Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Timur tetapi dengan rencana pendaratan amfibi di pulau-pulau Natuna, di selatan tempat Penjaga Pantai China dan kapal penelitian China melanggar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia tahun lalu.

Latihan tahun ini, yang akan berlangsung 1-14 Agustus, akan menjadi yang terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia.

Latihan tahun ini bisa jadi sebagai “ujian lakmus”, menurut salah satu sumber militer asing, yang dapat mengarah pada perluasan Garuda Shield secara permanen, dan ini yang memang diharapkan AS-Indonesia, tetapi tentu tidak diinginkan China.

Pejabat di Beijing banyak terdengar mengomentari latihan gabungan ini, tetapi dipastikan latihan Garuda Shield yang diperluas tahun ini bakal membuat China murka. Selain itu, latihan gabungan ini juga akan memperumit upaya pemerintah sebagai negara netral yang berada di antara dua negara adidaya yang bersaing.

Garuda Shield telah menghindari wilayah Laut China Selatan, dalam latihan-latihan sebelumnya, di mana sembilan garis putus-putus China yang diklaim kedaulatan nasional menerobos ke ZEE dan bagian luar kepulauan Natuna yang terdiri dari 154 pulau.

Kali ini, beberapa latihan diperkirakan akan berlangsung di dekat sekelompok kecil pulau di selatan Natuna Besar, pulau utama kepulauan yang menawarkan landasan pacu yang baru diperpanjang.

Lathan Garuda Shield tahun ini terjadi di masa jabatan Jenderal Andika Perkasa yang memiliki latar belakang pendidikan AS dan menuju usia pensiun.

“Kami ingin memvariasikan latihan kami sehingga kami tidak melakukan hal yang sama setiap tahun dan juga meningkatkan kompleksitasnya,” kata Mayor Jenderal Matthew McFarlane, wakil komandan US Army Pacific, saat berkunjung ke Jakarta baru-baru ini, saat mengomentari perluasan latihan. Ia berharap ini menjdi awal yang baru dan baik untuk menciptakan Pasifik yang baik dan terbuka.

Ini adalah bagian dari strategi Indo-Pasifik baru Washington, yang berupaya membangun hubungan yang lebih kuat dan meningkatkan keamanan di antara sekutu Asia Tenggara ketika China terus memperluas jangkauannya di kawasan yang lebih luas.

Australia, Selandia Baru dan Mikronesia telah khawatir dengan langkah China baru-baru ini untuk membuat perjanjian keamanan dengan Kepulauan Solomon yang sebagian besar diabaikan, meskipun Perdana Menteri Manasseh Sogavare telah mengesampingkan pangkalan militer sebagai bagian dari perjanjian.

Para pejabat mengatakan sekarang ada 235 keterlibatan militer terpisah antara AS dan Indonesia setiap tahun, mulai dari pendidikan dan pelatihan hingga latihan dan pertemuan tingkat tinggi, seperti kunjungan komandan Armada Pasifik AS Laksamana John Aquilino bulan lalu.

Beberapa hari sebelum Aquilino tiba, Presiden Joko Widodo telah menandatangani peraturan yang bertujuan untuk memperkuat keamanan di sekitar Natuna. Ia berharap ada peningkatan infrastruktur dan fasilitas lainnya “untuk mendukung kedaulatan dan mengamankan batas-batas negara.”

Namun begitu, nyatanya masih saja ada kapal China yang nekat memasuki ZEE Indonesia, seperti yang terjadi pada Agustus-Oktober lalu, dimana sebuah kapal penelitian China dan dua pengawal bersenjata menghabiskan tujuh minggu di dalam ZEE Indonesia, dan Indonesa marah denganperistiwa itu

Indonesia tidak mengajukan keluhan resmi ke Beijing atas serangan itu, sesuai dengan kebijakannya untuk merencanakan jalan tengah yang hati-hati antara AS dan China, yang telah menjadi investor industri utama dan mitra dagang utamanya.

Tetapi protes Beijing selanjutnya atas latihan militer yang jauh dari pantainya dan tindakannya yang semakin tegas di laut telah membuat posisi itu semakin sulit dipertahankan, terutama dengan militer yang semakin dekat ke Barat, baik secara operasional maupun dalam pembelian senjatanya.

Latihan terakhir antara militer Indonesia dan China adalah pada Mei 2021 ketika dua fregat berpeluru kendali China mengambil bagian dalam manuver terbatas dengan fregat Indonesia dan kapal serang cepat yang lebih kecil di perairan utara Jakarta.

Latihan itu berlangsung sebulan setelah kapal penyelamat China yang merespons dengan cepat gagal mengangkat kapal selam Indonesia buatan Jerman KRI Nanggala 402, yang secara misterius tenggelam di utara Bali. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA