Hal itu diungkap oleh mantan Menteri Pertahanannya, Mark Esper lewat sebuah tulisan memoarnya di
The New York Times baru-baru ini.
Esper mengatakan, keinginan Trump untuk meledakkan Meksiko muncul pada musim panas 2020. Ketika itu Trump tidak senang dengan banyaknya pasokan narkoba yang melintasi perbatasan AS dan Meksiko.
Trump yang tidak bisa menahan emosinya kemudian bertanya kepada Esper apakah Washington dapat menembakkan rudal ke Meksiko untuk menghancurkan laboratorium obat-obatan di sana.
Tidak sekali, Trump bertanya terkait kemungkinan menyerang Meksiko sebanyak dua kali. Namun Esper mengajukan beberapa keberatannya. Sebaliknya, Trump mengatakan AS bisa menembakkan beberapa rudal Patriot dan mengambil lab tersebut diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya.
"Esper melukis potret seseorang yang tidak bisa mengendalikan emosinya atau proses berpikirnya sepanjang tahun 2020, terutama setelah sidang pemakzulan pertamanya," lapor
The New York Times.
Dalam sebuah wawancara dengan
CBS News, Esper mengatakan dia "terperangah" dengan saran Miller untuk mengirim 250 ribu tentara AS ke perbatasan Meksiko.
Dalam bukunya, Esper menulis bahwa dia memberi tahu Miller jika angkatan bersenjata AS tidak memiliki 250 ribu tentara untuk dikirim ke perbatasan. Namun Miller membantahnya dengan menyebut Esper "orang tolol".
Esper, lewat memoarnya, mengatakan, dia memiliki lebih dari dua lusin jenderal bintang empat ditambah menteri kabinet dan lainnya untuk memastikan bukunya akurat.
Ia juga menegaskan bahwa Trump tidak boleh berada dalam posisi pelayanan publik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: