Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ukraina Sambut Gembira Kebijakan Jerman untuk Pasokan Senjata dan Sanksi Minyak Rusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 11 Mei 2022, 08:11 WIB
Ukraina Sambut Gembira Kebijakan Jerman untuk Pasokan Senjata dan Sanksi Minyak Rusia
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, bertemu Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Kyiv, Selasa 10 Mei 2022/Net
rmol news logo Ukraina menyampaikan penghormatan kepada pemerintah Jerman karena telah mengubah kebijakannya untuk memasok senjata ke Ukraina.

Berbicara saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengungkapkan bahwa berubahnya posisi Jerman disambut baik oleh Ukraina.

“Saya ingin berterima kasih kepada Jerman karena mengubah posisinya dalam sejumlah masalah,” kata Dmytro Kuleba, seperti dikutip dari AFP, Selasa (10/5).
Jerman sekarang mendukung pengiriman senjata berat ke Ukraina, kata Baerbock, termasuk senjata anti-pesawat self-propelled Gepard dan howitzer yang kuat. Beberapa howitzer buatan Jerman juga akan disediakan oleh Belanda.

Kuleba juga mengatakan bahwa negaranya berterima kasih kepada Jerman karena mendukung pelarangan minyak Rusia.

Uni Eropa masih terus menggali kemungkinan mengembargo minyak Rusia dan pembicaraan terkait hal itu masih terus berjalan. Beberapa negara yang sangat bergantung dengan minyak Rusia menentang keputusan itu, termasuk Jerman. Namun kemudian, Jerman sepakat untuk ikut mendukung embargo minyak Rusia.

“Kami memahami bahwa ini adalah keputusan yang sulit bagi Jerman,” kata Kuleba.

Jerman, yang telah lama bergantung pada pasokan energi, berencana untuk mengurangi ketergantungan “menjadi nol, selamanya,” kata Baerbock. Pemerintah Jerman bertujuan untuk menghentikan minyak dan batu bara Rusia tahun ini dan mengakhiri impor gas alam dari Rusia paling lambat 2024.

Jerman akan tetap berkomitmen pada sanksi yang telah disepakati terhadap Rusia. Sanksi itu hanya dapat dicabut ketika Rusia mengakhiri perang dan Ukraina bebas.

Terkait dengan keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, Baerbock mengatakan akan kembali dibahas lebih intens bulan depan.

“Salah satu alasan mengapa perang ini dimulai adalah, Presiden Rusia Vladimir Putin yakin bahwa Uni Eropa tidak membutuhkan Ukraina,” kata Kuleba. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA