Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jadi Tuan Rumah KTT ASEAN-AS, Biden Ingin Bendung Pengaruh China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 12 Mei 2022, 16:56 WIB
Jadi Tuan Rumah KTT ASEAN-AS, Biden Ingin Bendung Pengaruh China
KTT ASEAN-AS yang digelar secara virtual selama pandemi Covid-19/Net
rmol news logo Keputusan Presiden Joe Biden menjadi tuan rumah KTT ASEAN-AS bukan tanpa maksud. Lantaran tujuannya sudah jelas, berusaha menangkal pengaruh China di Indo-Pasifik.

Selama dua hari, serangkaian KTT ASEAN-AS akan digelar di Washington DC, dimulai dengan makan malam di Gedung Putih pada Kamis (12/5).

Ini adalah pertama kalinya para pemimpin ASEAN berkumpul di Gedung Putih. Di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama pada 2016, AS juga menjadi tuan rumah KTT di Sunnylands, California.

Namun hanya ada delapan pemimpin ASEAN yang akan mengikuti KTT. Pemimpin Myanmar telah dikecualikan karena kudeta, dan Filipina sedang menjalani transisi pemerintahan.

Berbicara di sebuah lembaga think tank pada Rabu (11/5), Koordinator Indo-Pasifik AS, Kurt Campbell mengatakan, KTT ASEAN-AS di Washington merupakan upaya pemerintahan Biden untuk meningkatkan investasi dan keterlibatannya di Asia Tenggara.

Selama pertemuan, China, Myanmar, Taiwan dan Ukraina akan menjadi salah beberapa isu yang dibahas.

"Kami percaya sangat penting bagi negara-negara lain untuk menggarisbawahi secara publik dan pribadi bahwa apa yang telah terjadi di Ukraina tidak boleh terjadi di Asia," ujarnya, merujuk pada ancaman China untuk merebut kembali Taiwan dengan paksa jika perlu.

Campbell mengakui telah terjadi penurunan keterlibatan AS dengan ASEAN telah di banyak bidang penting.

"Kami harus mengirim sinyal bahwa AS akan menjadi mitra tetap, dan bahwa kepentingan strategis kami mendorong kami dan mengarahkan kami untuk memainkan peran yang lebih besar dari waktu ke waktu," jelasnya, seperti dikutip Reuters.

Untuk itu, Campbell mengatakan akan ada diskusi "substansial" dengan ASEAN mengenai teknologi, pendidikan, infrastruktur. AS juga akan segera mengumumkan rencana untuk memerangi penangkapan ikan ilegal di Pasifik dengan lebih baik.

Para pengamat sendiri menilai, meski KTT hanya bersifat simbolis dan tidak ada kemajuan signifikan yang dihasilkan, itu tetap menunjukkan bahwa AS menjadikan China sebagai tantangan kebijakan luar negerinya.

"Pertemuan itu adalah pesan bahwa AS sebenarnya mampu berjalan dan mengunyah permen karet pada saat yang sama, dan tidak terganggu," ujar mantan sekretaris tetap kementerian luar negeri Singapura, Bilahari Kausikan.

Selama KTT tersebut juga kemungkinan akan diumumkan peningkatan kerjasama ASEAN dan AS menjadi "kemitraan strategis komprehensif", seperti halnya yang dilakukan ASEAN dengan Australia dan China. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA