Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Protes Sri Lanka Berlanjut, Pengunjuk Rasa: PM Baru Tak Bisa Menghentikan Perjuangan Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 13 Mei 2022, 15:11 WIB
Protes Sri Lanka Berlanjut, Pengunjuk Rasa: PM Baru Tak Bisa Menghentikan Perjuangan Rakyat
Aksi unjuk rasa anti-pemerintah di Sri Lanka/Net
rmol news logo Pengunjuk rasa anti-pemerintah di Sri Lanka menegaskan tidak akan berhenti hingga Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur. Meski posisi Perdana Menteri (PM) telah digantikan.

Awal pekan ini, Mahinda Rajapaksa yang merupakan kakak laki-laki presiden, telah mengundurkan diri sebagai PM akibat aksi unjuk rasa diwarnai kekerasan terjadi di banyak titik.

Kemudian pada Kamis malam (12/5), Rajapaksa menunjuk politisi oposisi veteran, Ranil Wickremesinghe sebagai PM untuk menangani krisis ekonomi parah di Sri Lanka.

Wickremesinghe merupakan satu-satunya anggota parlemen dari Partai Persatuan Nasional di parlemen. Sehingga ia akan bergantung pada partai politik saingan untuk membentuk pemerintahan.

Aliansi yang dipimpin Rajapaksa sendiri memegang sekitar 100 dari 225 kursi di parlemen, sementara oposisi memiliki 58 kursi. Sisanya mandiri.

Kendati posisi PM telah diganti, aksi unjuk rasa tetap terjadi. Ratusan orang bahkan berkemah di lokasi protes di ibukota Kolombo.

"Kami akan menghentikan perjuangan ini ketika rakyat kami mendapatkan keadilan," kata Chamalage Shivakumar, salah satu pengunjuk rasa, seperti dikutip Reuters.

Para pengunjuk rasa sendiri meyakini, penunjukan Wickremesinghe tidak akan banyak membantu meredakan kemarahan terhadap presiden yang dianggap telah bertanggung jawab atas krisis ekonomi parah yang dihadapi negara.

"Siapa pun yang mereka tunjuk sebagai PM, kami tidak akan menghentikan perjuangan ini sampai rakyat mendapatkan bantuan," tambah Shivakumar.

Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi parah akibat utang yang menumpuk ditambah dampak pandemi dan perang di Ukraina. Cadangan devisa yang terus menyusut membuat negara tidak bisa membeli energi, sehingga bahkan bakar dan pasokan penting lainnya menjadi langka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA