Perdana Menteri Moustafa Madbouly mengkonfirmasi hal itu pada Minggu (15/5) waktu setempat.
"Bencana setelah perang telah menempatkan beban keuangan yang besar pada kami dan kami telah menginvestasikan 130 miliar pound untuk menutupi kenaikan harga barang-barang strategis," kata Madbouly, seperti dikutip dari
TASS.
Menurutnya, konflik antara Rusia dan Ukraina telah membuat harga produk vital melonjak yang menimbulkan tantangan besar bagi ekonomi Mesir.
“Pada Mei 2021, harga satu barel minyak adalah 67 dolar AS, sekarang telah mencapai 112 dolar AS, sementara satu ton gandum berharga 270 dolar AS setahun yang lalu, sekarang kami membayar volume yang sama berdasarkan harga 435 dolar AS per ton,†ujar Madbouly.
“Sebelumnya, kami mengimpor 42 persen gandum, sementara 31 persen turis berasal dari Rusia dan Ukraina, dan sekarang kami harus mencari pasar alternatif," lanjutnya.
Maret lalu, Bank Sentral Mesir menaikkan suku bunga utamanya untuk pertama kalinya sejak 2017, mengutip tekanan inflasi yang dipicu oleh pandemi virus corona dan konflik Rusia-Ukraina, yang menaikkan harga minyak ke rekor tertinggi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: