Kecelakaan terjadi ketika pesawat dengan kode penerbangan MU5375 itu sedang melakukan perjalanan dari Kunming ke Guangzhou. Namun di tengah perjalanan, pesawat jatuh secara misterius dari ketinggian 29 ribu kaki hingga menabrak area pegunungan di Wanzhou, Provinsi Guangxi.
Otoritas China telah menyatakan 132 orang di dalam pesawat, termasuk 123 penumpang dan sembilan awak, dinyatakan tewas.
Dalam proses evakuasi, otoritas berhasil mengamankan dua
blackbox atau kotak hitam. Pertama berisi data penerbangan, dan lainnya berisi rekaman di kokpit.
Mengutip laporan
Wall Street Journal (WSJ) pada Selasa (17/5), kotak hitam yang berisi perekam data penerbangan telah dikirim ke AS untuk dianalisis.
Dari data tersebut ditunjukkan bahwa seseorang, kemungkinan pilot atau orang yang memaksa masuk kokpit, memasukkan perintah yang membuat pesawat agar menukik.
"Pesawat itu melakukan apa yang diperintahkan oleh seseorang di kokpit," lapor
WSJ, mengutip seorang pejabat Amerika.
WSJ menyebut, para pejabat AS menyimpulkan bahwa sejauh ini penyelidik China tidak mengindikasikan adanya masalah dengan pesawat atau kontrol penerbangan hingga menyebabkan kecelakaan.
Pada April lalu, Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) mengatakan, penyelidik tidak menemukan bukti "sesuatu yang abnormal".
Dalam sebuah pernyataan, CAAC mengatakan staf telah memenuhi persyaratan keselamatan sebelum lepas landas, pesawat itu tidak membawa barang-barang berbahaya dan tampaknya tidak mengalami cuaca buruk.
Kendati begitu, CAAC menyebut penyelidikan penuh bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Kecelakaan China Eastern Airlines menjadi yang paling mematikan bagi China, dan menodai catatan 30 tahun keselamatan negara itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.