Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Prancis: Mungkin Butuh 15 Hingga 20 Tahun Lagi Bagi Ukraina untuk Bisa jadi Anggota UE

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 23 Mei 2022, 08:17 WIB
Prancis: Mungkin Butuh 15 Hingga 20 Tahun Lagi Bagi Ukraina untuk Bisa jadi Anggota UE
Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune/Net
rmol news logo Keinginan Ukraina untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa dipastikan tidak akan segera terwujud dalam waktu dekat.

Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune mengungkapkan hal itu pada Minggu (22/5), berkata bahwa tidak ada aksesi jalur cepat Ukraina ke UE dan prosesnya akan memakan waktu yang sangat lama.

“Kita harus jujur. Jika kita mengatakan bahwa Ukraina akan bergabung dengan Uni Eropa dalam enam bulan, satu tahun atau dua tahun, kita berbohong. Itu tidak benar. Mungkin 15 atau 20 tahun. Itu membutuhkan waktu yang sangat lama,” kata Beaune kepada Radio J, seperti dikutip dari AFP, Senin (23/5).

"Saya tidak ingin menawarkan ilusi atau kebohongan apa pun kepada Ukraina," tambahnya.

Beaune, yang digambarkan oleh Politico sebagai “anak didik tepercaya” Presiden Emmanuel Macron, pada hari Jumat ditunjuk sebagai menteri urusan Eropa dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Elisabeth Borne.

Dalam pernyataannya, Beaune juga menyarankan agar Ukraina menjadi bagian dari kehidupan politik UE, mengulangi gagasan untuk menciptakan pengganti keanggotaan untuk negara itu, yang disuarakan oleh Macron.

"Sementara itu, kami berutang kepada Ukraina sebuah proyek politik yang dapat mereka masuki," kata Beaune.

Pernyataan Beaune pada Minggu menggemakan pengakuan Macron awal bulan ini, saat ia mengatakan bahwa proses aksesi UE Ukraina dapat memakan waktu beberapa dekade.

 â€œBahkan jika kami memberi mereka status kandidat besok, kami semua tahu betul bahwa proses memungkinkan mereka untuk bergabung akan memakan waktu beberapa tahun, sebenarnya beberapa dekade,” kata Macron pada sesi Parlemen Eropa di Strasbourg 9 Mei lalu.

Ketika itu Macron meyarankan agar UE membentuk "komunitas politik Eropa" untuk Ukraina dan negara-negara non-anggota lainnya, yang akan memungkinkan negara-negara Eropa yang demokratis menemukan ruang baru untuk kerja sama politik, keamanan, kerja sama energi, transportasi, investasi, infrastruktur dan pergerakan orang.

Proposal Macron, bagaimanapun, telah membuat marah para pejabat tinggi Ukraina, yang menolak segala upaya untuk memberi negara itu pengganti alih-alih keanggotaan penuh Uni Eropa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, misalnya, menuding gagasan itu merupakan hasil tekanan dari Rusia.

“Kami tidak butuh kompromi. Percayalah, ini tidak akan menjadi kompromi antara Eropa dan Ukraina. Ini akan menjadi kompromi lain antara Eropa dan Federasi Rusia,” kata Zelensky, Sabtu (21/5).

“Saya sangat yakin akan hal itu. Ini adalah pengaruh diplomatik, politik para pejabat, birokrat, dan pelobi Rusia," ujarnya.

Bergabung dengan Uni Eropa telah menjadi salah satu poin pembicaraan utama politisi pro-Barat Ukraina selama bertahun-tahun, dengan sedikit kemajuan telah dibuat sejauh ini.

Dorongan untuk bergabung dengan blok tersebut telah direvitalisasi sejak Rusia meluncurkan operasi militer skala besar terhadap Kiev pada akhir Februari. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA