Bachelet memulai perjalanan enam harinya pada Senin (23/5). Itu adalah pertama kalinya ia mengunjungi China sejak menjabat pada 2005.
"Tujuan kunjungannya benar-benar berfokus pada dialog denga pihak berwenang China tentang berbagai masalah HAM domestik, regional, dan global," kata kantor Bachelet, seperti dikutip
Reuters.
Selama di China, Bachelet juga akan mengunjungi Xinjiang, rumah bagi minoritas Uighur yang diyakini telah ditahan, dianiaya, dan alami kerja paksa.
Sementara China telah berulang kali membantah adanya perlakuan buruk terhadap warga Uighur.
Kunjungan ke China dilakukan oleh Bachelet setelah ia berusaha lama mendapatkan akses tanpa batas ke Xinjiang dari Beijing. China sendiri mengatakan kunjungan itu tidak boleh didasarkan pada praduga bersalah.
Tidak jelas berapa banyak akses yang akan diberikan Bachelet untuk kunjungan kali ini.
Pengawasan internasional terhadap tindakan pemerintah di Xinjiang meningkat pada tahun 2018, setelah PBB mengatakan 1 juta orang Uighur ditahan di kamp interniran.
China awalnya menyangkal keberadaan kamp tersebut, dengan menyebutnya sebagai pusat pelatihan kejuruan.
Partai Komunis yang berkuasa ateis mengatakan pusat-pusat seperti itu diperlukan untuk mengekang "Tiga Kekuatan", yaitu terorisme, separatisme dan radikalisme di Xinjiang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: