Sara Menker, CEO firma analisis pertanian Gro Intelligence, mengungkapkan prediksinya kepada Dewan Keamanan PBB.
"Saat ini kita hanya memiliki persediaan konsumsi global selama 10 minggu di seluruh dunia. Kondisi saat ini lebih buruk daripada yang dialami pada 2007 dan 2008," katanya, seperti dikutip dari
Insider, Senin (23/5).
Namun demikian, Menker mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina bukanlah penyebab krisis ketahanan pangan tetapi itu telah menambahkan 'bahan bakar ke api yang sudah lama berkobar'.
"Bahkan jika perang akan berakhir besok, masalah ketahanan pangan kita tidak akan hilang dalam waktu dekat tanpa tindakan bersama," katanya.
Pernyataaan Menker seolah menggemakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya.
“Rusia telah memblokir hampir semua pelabuhan dan semua, sehingga untuk berbicara, peluang maritim untuk mengekspor makanan – biji-bijian kami, jelai, bunga matahari dan banyak lagi. Banyak hal,†kata Zelenskyy, Sabtu (21/5).
"Akan ada krisis di dunia. Krisis kedua setelah energi, yang diprovokasi oleh Rusia," katanya.
Zelensky mengatakan bahwa jika Ukraina tidak mendapatkan kembali kendali atas pelabuhan selatan yang diperebutkan, dunia akan menghadapi situasi yang sulit.
Ukraina menghasilkan sejumlah besar pasokan makanan global, termasuk antara 25 persen dan 30 persen dari pasokan biji-bijian dunia bersama dengan Rusia.
Menurut data dari Observatory of Economic Complexity, Ukraina juga menyumbang 9,29 persen dari pasokan jagung dunia.
Rusia saat ini telah memblokade pelabuhan Odesa dan Mariupol dan kedua negara terus memperebutkannya.
Gro Intelligence menggunakan kecerdasan buatan dan data publik dan pribadi untuk memprediksi tren pasokan makanan.
"Tanpa tindakan global yang agresif, kita menghadapi risiko penderitaan manusia dan kerusakan ekonomi yang luar biasa," kata Menker.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: